Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson dilaporkan akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif yang kini berkuasa di negara tersebut. Hal itu dilakukan setelah adanya desakan mundur dari para menteri dan pejabat di kabinetnya hingga 50 orang mundur bersamaan sampai hari ini.
"Perdana Menteri akan menyampaikan pernyataannya kepada negara hari ini," kata Juru Bicara Nomor 10, kantor PM Inggris di Downing Street dikutip dari BBC, Kamis (7/7/2022).
Boris Johnson terpilih menjadi PM Inggris sejak Juli 2019. Dirinya didesak mundur karena di bawah kepemimpinannya diselimuti berbagai skandal selama beberapa bulan terakhir, salah satunya berpesta saat negara sedang lockdown.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertumbuhan ekonomi Inggris di bawah kepemimpinan Boris Johnson mengalami pasang surut. Sepanjang 2020, ekonomi negara itu mengalami kontraksi 9,9% atau terburuk selama lebih dari 300 tahun (sejak 1709).
Penyebab dari memburuknya perekonomian Inggris adalah pandemi COVID-19. Kebijakan lockdown yang diambil pemerintah membuat aktivitas di sektor ekonomi berjatuhan.
Dilansir CNBC, perekonomian Inggris pada kuartal IV-2020 hanya tumbuh 1%. Sementara, ekonomi Inggris pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi 9,6% secara year on year (yoy). Kontraksi terparah terjadi pada kuartal II-2020 minus 21,7% yoy. Pada kuartal I-2020, ekonomi Inggris minus 1,7% dibandingkan kuartal yang sama di tahun 2019.
Terlepas dari itu, ekonomi Inggris berhasil rebound dan mengalami pertumbuhan sebesar 7,5% di 2021 berkat pelonggaran pembatasan COVID-19. Angka itu merupakan laju pertumbuhan ekonominya yang tercepat sejak 1941 atau selama perang dunia II.
Tantangan ekonomi Inggris tahun ini cek di halaman berikutnya.