Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) memberi klarifikasi terkait anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit. Sebelumnya diberitakan soal pernyataan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan tentang anjloknya harga TBS sawit karena Ukraina.
Hal itu disampaikan dalam acara Penyerahan Data Perkebunan Sawit Kabupaten dalam rangka Audit Perkebunan Sawit Seluruh Indonesia di Grand Sahid Hotel, Jakarta, Kamis (7/7/2022). Berikut klarifikasi dari Kemenko Marves:
Setelah melalui telaah dan kajian yang kami lakukan, pemberitaanpemberitaan media terhadap Menko Marves Luhut B. Pandjaitan pada konteks harga TBS ini menurut hemat kami, terkesan menyalahkan dan menyudutkannya secara personal. Sebab, pemberitaan baik judul dan isi berita, yang disampaikan dalam pemberitaan tidak sesuai dengan fakta-fakta sebenarnya yang disampaikan sebagai narasumber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terutama pada narasi yang menyebutkan dan menjelaskan bahwa Menko Marves secara gamblang menyalahkan Pemerintah Ukraina atas anjloknya atau rendahnya nilai jual TBS di pasar global maupun di Indonesia saat ini.
"Kami melihat kalimat tersebut memiliki kecenderungan untuk membangun opini bahwa "Menko Luhut menyalahkan Ukraina atas jatuhnya harga sawit" yang sebenarnya Menko Luhut hanya mengungkapkan fakta yang sedang terjadi di Ukraina yang berdampak pada Indonesia. Lebih lanjut, kami tegaskan bahwa Menko Luhut tidak menyalahkan Ukraina, namun yang diungkapkan adalah mekanisme pasar sebagai bentuk sebab akibat," bunyi keterangan Kemenko Marves, Senin (11/7/2022).
Framing atau bingkai yang dibuat oleh rekan-rekan media dan jurnalis dalam sebuah berita atau pemberitaan yang terkesan menyudutkan dan menyalahkan satu pihak tidaklah tepat dan bijak. Kalimat yang dibuat bahwa Menko Luhut menyalahkan Ukraina dapat menimbulkan persepsi publik yang salah dan media tidak turut membantu menjaga hubungan diplomatik Indonesia dengan negara lain
Terkait pemberitaan harga TBS ini, kami khawatir isu ini akan digiring ke arah yang kurang tepat dan bijak. Sehingga akan timbul kegaduhan atau polemik dan menjadi "bola liar" di tengah-tengah publik yang bisa dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.