Tips Pilah-pilih Bisnis Kuliner, dari Klasik sampai yang Viral

Tips Pilah-pilih Bisnis Kuliner, dari Klasik sampai yang Viral

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 12 Jul 2022 10:51 WIB
Cloud Kitchen
Ilustrasi/Foto: istimewa
Jakarta -

Bisnis makanan dan minuman saat ini memang tidak ada matinya. Selama masih ada manusia yang hidup, makanan dan minuman akan tetap dibutuhkan.

Banyak peluang usaha yang bisa kamu tangkap di bisnis makanan dan minuman ini. Tapi sebelum mulai, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar usaha tidak terjebak dalam kebangkrutan.

Co-Founder & CCO Yummy Corp Marbio Suntanu mengungkapkan jika ingin memulai bisnis makanan maka harus jeli melihat jenis yang bisa bertahan atau sedang viral.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebutkan ada dua jenis yang harus dipahami. Pertama jenis klasik yaitu seperti nasi, ayam goreng dan sambal. Jenis ini disebut tak pernah lekang oleh waktu.

"Tapi kalau kita omongin yang trending itu yang baru-baru ini seperti croffle, ada yang namanya croffle donat dan bomboloni atau donat isi. Itu tren dan seperti musiman," kata dia saat berbincang dengan detikcom belum lama ini, ditulis Selasa (12/7/2022).

ADVERTISEMENT

Kemudian ada pula jenis dari produk yang viral akhirnya bertahan menjadi produk klasik, yaitu kopi Tuku dengan es kopi susu gula arennya.

"Ini tadinya trending atau viral, tapi sekarang rasanya tidak ada tempat kopi yang tidak menjual kopi susu gula aren. Jadi memang yang viral itu tidak selamanya buruk dan bisa survive menjadi klasik," ujar dia.

Menurut dia, makanan dan minuman produk viral yang akhirnya mati adalah hal yang biasa. Karena itu pebisnis harus mampu menangkap sinyal-sinyal itu.

"Untuk makanan yang trending atau viral itu kalau dia tetap ramai lebih dari satu tahun, kemungkinan besar mereka akan bertahan. Kalau hanya 6 bulan sudah sepi, penjualan menyusut ya akan jadi tren yang lewat begitu saja. Makanya pemilik juga harus cepat dan berani untuk mengambil langkah berikutnya," jelas dia.

Selain itu penentuan harga dan segmen pasar juga menjadi hal yang sangat penting. Dalam satu usaha juga harus ada variasi harga dan variasi produk. Contohnya untuk makanan sehat, memang lebih mahal karena makanan harus fresh. Jadi ketika tidak habis, maka harus dibuang supaya bisa memberikan makanan yang segar esok harinya.

Lalu misalnya untuk jenis makanan ringan alias cemilan harus ada asin dan manis yang harganya dibedakan. "Lalu juga harus ditentukan snack untuk makan sendiri atau makan bersama. Jadi kalau donat 1 lusin itu kan tidak mungkin orang makan sendiri, jadi kami memiliki pembagian ke depannya," jelas dia.

Menurut Marbio, kunci sukses dalam berbisnis makanan adalah konsisten. Ini adalah hal yang paling utama. Mulai dari rasa, penyajian sampai harga. Dia menyebut, sebaiknya mempelajari dari restoran fast food. Mereka memiliki konsistensi tinggi di semua titik gerai mereka, rasa selalu sama, bentuk, harga dan ukuran yang sama.

Kemudian, untuk pebisnis juga harus mempelajari jenis-jenis usaha lainnya untuk pengembangan usaha ke depannya. Selain itu yang harus dilakukan adalah evaluasi usaha secara berkala. Minimal satu bulan atau tiga bulan sekali.

Jika bisnis lancar, maka bisa menyusun strategi baru untuk pengembangan ke depan. Sambil mencari masalah dan menemukan solusi baru untuk pengembangan usaha.

"Contoh saat launching ada 12 produk nah dari 12 produk ini mau dikembangkan seperti apa? Apakah hanya bento saja, atau bisa berubah nggak jadi rice bowl atau ada produk lain yang bisa di-mix supaya jadi lebih banyak," jelas dia.

Marbio juga menekankan branding yang kuat juga menentukan pelanggan yang loyal. Pasalnya selain rasa makanan dan minuman yang enak, saat ini masyarakat juga melihat branding kuat dari sebuah usaha.

Dengan kuatnya branding ini, maka ada kemungkinan masyarakat mencoba produk-produk baru yang diluncurkan dari usaha ini. "Jadi mereka akan percaya dulu sama brandnya, itu yang sangat penting. Produk adalah salah satu contoh yang bisa dijual, tapi brand itu membuat masyarakat percaya dan selalu datang kembali," jelas dia.

(kil/eds)

Hide Ads