Krisis yang Membelit 9 Negara hingga Terancam Bangkrut Seperti Sri Lanka

Krisis yang Membelit 9 Negara hingga Terancam Bangkrut Seperti Sri Lanka

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 13 Jul 2022 22:06 WIB
Infografis 9 negara terancam bangkrut
Ilustrasi bangkrut/Foto: Infografis detikcom/Fuad Hasim
Jakarta -

Sri Lanka dilanda krisis ekonomi hingga pemerintah negara di kawasan Asia Selatan itu menayatakan bangkrut. Salah satu pemicunya adalah beban utang yg kelewat berat.

Di sisi lain, tak hanya Sri Lanka yang mengalami krisis ekonomi parah. Ada 9 negara lain yang nasibnya kurang lebih serupa, bahkan terancam bangkrut.

Melansir dari laporan AP, penyebab pasti krisis ekonomi yang dihadapi setiap negara ini mungkin berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Tetapi risiko dari melonjaknya biaya untuk makanan dan bahan bakar dirasakan oleh semua negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Negara mana saja? Cek informasi di bawah ini

1. Afganistan

ADVERTISEMENT

Negara pertama ialah Afganistan. Negara ini telah terlatih dengan krisis ekonomi yang mengerikan sejak Taliban mengambil alih kendali negara itu, setelah AS dan sekutu NATO-nya menarik pasukan mereka tahun lalu.

Bantuan asing terhenti dan Afghanistan juga mendapatkan sanksi yang melumpuhkan sektor perdagangannya. Selain itu, pemerintahan Biden juga membekukan US$ 7 miliar (Rp 105 triliun) cadangan mata uang asing Afghanistan yang disimpan di Amerika Serikat.

2. Argentina

Kedua ialah Argentina. Sekitar empat dari setiap 10 orang di Argentina terpaksa harus hidup miskin dikarenakan bank sentralnya kehabisan cadangan devisa karena mata uangnya melemah. Bahkan negara tersebut sudah diprediksi akan mengalami inflasi melebihi 70% tahun ini. Saat ini jutaan orang Argentina bertahan hidup sebagian besar berkat dapur umum dan program kesejahteraan negara.

3. Mesir

Yang ketiga yaitu Mesir. Inflasi Mesir melonjak hampir 15 persen pada April 2022 yang mengakibatkan sepertiga dari 103 juta penduduknya hidup dalam kemiskinan. Masyarakat Mesir sudah menderita karena program reformasi ambisius pemerintahnya membuat mata uang mereka mengambang dan memangkas subsidi bahan bakar, air, hingga listrik.

4. Laos

Keempat yaitu Laos. Negara kecil yang terkurung daratan di Asia Tenggara ini sebetulnya tercatat memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat sebelum pandemi Covid-19 melanda. Tetapi, semenjak pandemi, utangnya melonjak persis seperti yang dialami Sri Lanka. Setali tiga uang, Laos juga terpaksa mengemis restrukturisasi utang bernilai miliaran dolar AS.

5. Lebanon

Kelima, Lebanon. Negara ini juga menderita karena mata uangnya jatuh hingga 90 persen. Belum lagi, lonjakan inflasi, yang berakibat pada krisis pangan dan krisis energi. Lebih parahnya, Lebanon gagal membayar utang mereka senilai US$ 90 miliar (Rp 1.353 triliun). Rasio utangnya pun meningkat hingga mencapai 170 persen terhadap PDB.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Lihat Video: Perdana Menteri Sri Lanka Ditunjuk Jadi Penjabat Presiden Sementara

[Gambas:Video 20detik]



6. Myanmar

Yang keenam ialah Myanmar. Pandemi covid-19 dan ketidakstabilan politik menghantam ekonomi Myanmar, terutama setelah aksi kudeta militer pada Februari 2021 terhadap pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi. Kini kondisi ekonomi Myanmar diperkirakan telah terkontraksi minus 18 persen pada tahun lalu dan diperkirakan tidak tumbuh pada tahun ini.

7. Pakistan

Selanjutnya yaitu Pakistan. Seperti Sri Lanka, Pakistan telah melakukan pembicaraan mendesak dengan IMF, berharap untuk menghidupkan kembali paket bailout senilai US$ 6 miliar (Rp 90 triliun). Melonjaknya harga minyak mentah mendorong naiknya harga bahan bakar yang pada gilirannya menaikkan biaya lainnya, mendorong inflasi hingga lebih dari 21%. Selain itu nilai mata uang Pakistan telah jatuh sekitar 30% terhadap dolar AS pada tahun lalu.

8. Turki

Yang berikutnya ialah Turki. Negara ini terjebak dalam krisis setelah inflasi mencapai lebih dari 60 persen. Mata uang lira Turki jatuh ke posisi terendah sepanjang masa terhadap euro dan dolar AS sejak tahun lalu. Sementara, utang luar negeri Turki sudah menembus 54 persen dari PDB negaranya, tingkat yang cukup mengkhawatirkan mengingat utang pemerintahannya yang mendominasi.

9. Zimbabwe

Yang terakhir yaitu Zimbabwe. Inflasi di negara itu melonjak hingga lebih dari 130%, meningkatkan resiko terjadinya hiperinflasi di negara tersebut, seperti yang pernah terjadi pada 2008 lalu. Hal ini menyebabkan warganya tidak lagi mempercayai mata uang tersebut. Selain itu, banyak warganya yang kesulitan untuk makan karena kemiskinan. Saat ini Zimbabwe sendiri tengah berjuang untuk menghasilkan arus masuk yang memadai dari greenback yang dibutuhkan untuk ekonomi lokalnya.


Hide Ads