Pasar Sengon Tanjung dikenal sebagai pasar khusus hasil bumi bawang merah dan cabai. Di sana semua pihak berkumpul dan melakukan jual beli, dari petani, pengepul, hingga distributor.
detikcom juga sempat mendatangi Desa Karangbale, yang menjadi rumah produksi dari cabai rawit hijau kecil. Di sana detikcom menemui Mui, seorang pengepul kecil yang mengumpulkan cabai dari petani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mui pun mengakui rantai pasok yang panjang pada cabai yang dikumpulkannya makanya wajar saja bila harganya di Jakarta mahal. Cabai dari petani harus dijual lagi ke pengepul yang lebih besar kemudian cabai rawit hijau itu di bawa ke lapak atau pasar semacam Pasar Sengon Tanjung.
Nah di pasar itu baru lah ada pengepul yang lebih besar yang membawa cabai dari daerah ke pasar di kota besar-besar, dari situ baru cabai sampai ke pengecer yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
"Karena pindah tangannya banyak. Dari sini ke bakul, bakul ke pasar, lalu dia jual lagi ke centeng. Baru ke pasar besar, dari situ ke eceran. Makanya mahal," papar Mui ketika ditemui detikcom di rumahnya.
Masalahnya juga bukan cuma dari rantai pasok yang panjang dan berbelit. Harga cabai di tingkat petani juga sedang mahal menurut Mui, hal itu karena produksi petani menurun. Saat ini saja dia membeli cabai rawt hijau kecil di tingkat petani sebesar Rp 45.000 per kg.
"Naik turun kalau cabai. Kalau keluaran (produksi) banyak ya harganya murah. Kalau sedikit ya mahal," kata Mui.
(hal/ara)