Bandung -
Bisnis sekecil apapun suatu saat bisa menjadi besar. Akan tetapi, tidak ada bisnis yang menjadi besar secara tiba-tiba alias instan. Semuanya memerlukan proses yang kadang tidak mudah dan diwarnai dengan jatuh-bangun.
Itulah keyakinan pengusaha nasional Chairul Tanjung (CT) yang disampaikan di berbagai kesempatan dan termuat dalam bukunya Chairul Tanjung Si Anak Singkong (2012). Sebelum menjadi konglomerat seperti sekarang, CT sendiri juga memulai bisnis dari kecil dan melampaui banyak tantangan.
Rupanya, keyakinan dan pengalaman CT tersebut berusaha dipegang dan dijalankan oleh para pengusaha lainnya dalam membangun bisnis mereka. Salah satunya Aman Suparman, seorang pengusaha kaus kaki di Kota Bandung, Jawa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Esensi dari buku itu yang saya tangkap bahwa Pak CT membangun usaha dari kecil. Dan bisa sukses itu ternyata yang kecil juga bisa besar. Karena selama ini yang saya temukan itu pengusaha besar, ya, memang modalnya besar," kata Aman saat ditemui detikcom di Bandung, awal Juli lalu.
"Di situ (buku) secara gamblang diceritakan proses Pak CT memulai usahanya dari kecil dengan lika-likunya. Jadi kalau melihat Pak CT sekarang maju itu ternyata prosesnya tidak semulus yang kita lihat di luar. Ada proses-proses yang menginspirasi, dari mulai beliau jatuh-bangun di industri sepatunya, masuk ke industri strategis di media," lanjut dia.
Menurut Aman, sosok CT telah menginspirasi dirinya dalam berbisnis, karena ia juga memulai usaha dari nol. Bisnis kaus kaki yang telah ditekuninya lebih dari dua puluh tahun bermula dari jualan saban hari Minggu di kaki lima di Lapangan Gasibu, Bandung. Saat itu usianya 18 tahun atau baru lulus dari sekolah kejuruan.
Pria kelahiran Kota Bandung, 15 Januari 1982 itu bercerita, keputusannya masuk ke dunia bisnis di usia muda sebagian karena didorong oleh kondisi keluarga yang serba pas-pasan. Ayahnya meninggal dunia saat dirinya menginjak kelas 3 sekolah menengah pertama. Sementara ia tidak mau membebani ibunya yang harus menyekolahkan tiga anak.
Awalnya, Aman mengambil kaus kaki dari teman pedagang lainnya untuk dijual kembali dengan keuntungan 20-30 persen. Selain di Gasibu, kaus kaki ia edarkan ke koperasi-koperasi mahasiswa di kampus-kampus sekitar Bandung.
Kisah Sukses Aman, Juragan Kaus Kaki yang Terinspirasi CT Foto: Wisma Putra/detikcom |
Usahanya kemudian meningkat dari jualan eceran ke grosiran. Ia juga mulai memasok kaus kaki ke pedagang-pedagang di pasar tradisional. Bertambah volume dagangan, bertambah pula omzet jualan Aman.
"Waktu itu, alhamdulillah, setahun itu sudah mencapai Rp 400 juta. Sebulan 30 jutaan, lah. Jadi sudah bisa jual lusinan," tutur Aman.
Lanjut ke halaman berikutnya
Lulus sarjana pada 2004, bersama istrinya, Aman mendirikan CV Al Amin. Di bawah CV itu ia mulai mengelola usahanya secara lebih profesional. Aman juga menciptakan merk dagang sendiri dengan nama yang sama dengan CV-nya. Barangnya diambil dari pabrik kaus kaki di Cigondewah. Sayangnya, kaus kaki tersebut kurang laku. Ia pun mengganti merk kaus kakinya dengan nama 'Soka' dan ternyata diterima pasar.
Tak hanya mengambil barang dari pabrik, Aman juga tergerak untuk memproduksi kaus kaki sendiri. Ia membeli dua mesin bekas seharga Rp 30 juta. Tempat produksinya menempati rumah yang dibelinya secara kredit di daerah Margahayu. Waktu itu, produksi kaus kaki belum sebesar sekarang ini.
"Kalau yang normal itu 10 lusin, tapi karena ini mesinnya second nggak bisa ngebut, hanya 5 lusin. Jadi 60 pasang, lah. Kan, kita sebenarnya nggak produksi semua. Karena kita nggak punya uang buat produksi semua," ujar Aman.
Pada tahun 2011, Aman mengajak rekan-rekannya sesama pebisnis di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat untuk bekerja sama membangun pabrik kaus kaki berskala lebih besar. Perusahaan baru bernama PT Soka Cipta Niaga juga didirikan tahun itu. Pusat produksi kaus kaki direlokasi ke sebuah ruko di Putareco Gading Regency, Bandung.
Setahun kemudian, kaus kaki produksi Aman berhasil masuk ke retail modern milik CT Corp, Transmart. Sebagai salah satu vendor Transmart, Aman juga merasa cukup beruntung mendapat kesempatan bertemu dan berdialog langsung dengan CT dalam sebuah acara di Bandung. "Saya sangat excited. Sebagai pengusaha kecil, UKM, bisa duduk di samping konglomerat, tapi sikap beliau tidak menunjukkan orang yang besar," kata Aman. "Apa yang diceritakan di buku itu saya lihat ada di sosok beliau. Kan, duduk satu meja waktu itu. Di situ saya menjadi lebih bersemangat," imbuhnya.
Sekitar tahun 2015, karena kapasitas produksi yang terus bertambah, pabrik Soka direlokasi ke Jatinangor, Sumedang. Pabrik baru itu berdiri di lahan seluas 3.000 meter persegi. Kini, pabrik tersebut mengoperasikan sekitar 100 mesin pembuat kaus kaki. Jumlah karyawannya sekitar 300 orang.
Kisah Sukses Aman, Juragan Kaus Kaki yang Terinspirasi CT Foto: Wisma Putra/detikcom |
Di masa sebelum pandemi Covid-19, kapasitas produksi Soka mencapai 1 juta pasang kaus kaki. 70 persen dari produksi kaus kaki tersebut dipasarkan di pasar dalam negeri, sedangkan 30 persennya diekspor. Kaus kaki Soka sudah diekspor ke berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan beberapa negara di Timur Tengah.
"Alhamdulillah, kalau lima tahun pertama pertumbuhan kita itu 50 persen. Artinya kita mulai dengan sangat kecil sekali, dengan pendapat setahun cuma ratusan juta, sekarang sudah puluhan miliar rupiah. Artinya Soka yang mulai dari kecil tumbuh dalam 10 tahun sudah jadi perusahaan yang asetnya lumayan," kata Aman yang menjadi Direktur Utama PT Soka.
Pandemi sempat membuat produksi kaus kaki dan pendapatan Soka turun. Begitu juga dengan jumlah karyawannya. Namun, kondisi kini berangsur-angsur normal. Dalam waktu dekat, Aman akan mendiversifikasi produk ke sepatu. Selain itu, Soka akan melakukan penawaran saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) yang sempat tertunda karena pandemi. Harapannya, dengan IPO tersebut perusahaan yang dirintisnya bisa tumbuh lebih besar lagi.
"Mimpi saya, visi saya, ingin jadi pengusaha nasional. Artinya pengusaha dengan size usaha yang besar, bukan sekedar demografis, tapi memang aset dan omzet yang besar, sehingga bisa memberi manfaat lebih besar kepada stakeholder kita," pungkas Aman.
Punya kisah luar biasa lainnya? Ceritakan perjuangan hidup atau perjalanan bisnis Anda yang terinspirasi dari Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Dengan begitu, Anda berkesempatan untuk makan malam dan berdialog bersama Chairul Tanjung.
Cukup download buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong secara gratis di sini: detik.com/anaksingkong60th
Kisah Sukses Aman, Juragan Kaus Kaki yang Terinspirasi CT Foto: Wisma Putra/detikcom |
Simak Video "Video: Kala Chairul Tanjung Dinyanyikan Selamat Ultah di Perayaan HUT Jakarta"
[Gambas:Video 20detik]