Lulus sarjana pada 2004, bersama istrinya, Aman mendirikan CV Al Amin. Di bawah CV itu ia mulai mengelola usahanya secara lebih profesional. Aman juga menciptakan merk dagang sendiri dengan nama yang sama dengan CV-nya. Barangnya diambil dari pabrik kaus kaki di Cigondewah. Sayangnya, kaus kaki tersebut kurang laku. Ia pun mengganti merk kaus kakinya dengan nama 'Soka' dan ternyata diterima pasar.
Tak hanya mengambil barang dari pabrik, Aman juga tergerak untuk memproduksi kaus kaki sendiri. Ia membeli dua mesin bekas seharga Rp 30 juta. Tempat produksinya menempati rumah yang dibelinya secara kredit di daerah Margahayu. Waktu itu, produksi kaus kaki belum sebesar sekarang ini.
"Kalau yang normal itu 10 lusin, tapi karena ini mesinnya second nggak bisa ngebut, hanya 5 lusin. Jadi 60 pasang, lah. Kan, kita sebenarnya nggak produksi semua. Karena kita nggak punya uang buat produksi semua," ujar Aman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 2011, Aman mengajak rekan-rekannya sesama pebisnis di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat untuk bekerja sama membangun pabrik kaus kaki berskala lebih besar. Perusahaan baru bernama PT Soka Cipta Niaga juga didirikan tahun itu. Pusat produksi kaus kaki direlokasi ke sebuah ruko di Putareco Gading Regency, Bandung.
Setahun kemudian, kaus kaki produksi Aman berhasil masuk ke retail modern milik CT Corp, Transmart. Sebagai salah satu vendor Transmart, Aman juga merasa cukup beruntung mendapat kesempatan bertemu dan berdialog langsung dengan CT dalam sebuah acara di Bandung. "Saya sangat excited. Sebagai pengusaha kecil, UKM, bisa duduk di samping konglomerat, tapi sikap beliau tidak menunjukkan orang yang besar," kata Aman. "Apa yang diceritakan di buku itu saya lihat ada di sosok beliau. Kan, duduk satu meja waktu itu. Di situ saya menjadi lebih bersemangat," imbuhnya.
Sekitar tahun 2015, karena kapasitas produksi yang terus bertambah, pabrik Soka direlokasi ke Jatinangor, Sumedang. Pabrik baru itu berdiri di lahan seluas 3.000 meter persegi. Kini, pabrik tersebut mengoperasikan sekitar 100 mesin pembuat kaus kaki. Jumlah karyawannya sekitar 300 orang.
Di masa sebelum pandemi Covid-19, kapasitas produksi Soka mencapai 1 juta pasang kaus kaki. 70 persen dari produksi kaus kaki tersebut dipasarkan di pasar dalam negeri, sedangkan 30 persennya diekspor. Kaus kaki Soka sudah diekspor ke berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan beberapa negara di Timur Tengah.
"Alhamdulillah, kalau lima tahun pertama pertumbuhan kita itu 50 persen. Artinya kita mulai dengan sangat kecil sekali, dengan pendapat setahun cuma ratusan juta, sekarang sudah puluhan miliar rupiah. Artinya Soka yang mulai dari kecil tumbuh dalam 10 tahun sudah jadi perusahaan yang asetnya lumayan," kata Aman yang menjadi Direktur Utama PT Soka.
Pandemi sempat membuat produksi kaus kaki dan pendapatan Soka turun. Begitu juga dengan jumlah karyawannya. Namun, kondisi kini berangsur-angsur normal. Dalam waktu dekat, Aman akan mendiversifikasi produk ke sepatu. Selain itu, Soka akan melakukan penawaran saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) yang sempat tertunda karena pandemi. Harapannya, dengan IPO tersebut perusahaan yang dirintisnya bisa tumbuh lebih besar lagi.
"Mimpi saya, visi saya, ingin jadi pengusaha nasional. Artinya pengusaha dengan size usaha yang besar, bukan sekedar demografis, tapi memang aset dan omzet yang besar, sehingga bisa memberi manfaat lebih besar kepada stakeholder kita," pungkas Aman.
Punya kisah luar biasa lainnya? Ceritakan perjuangan hidup atau perjalanan bisnis Anda yang terinspirasi dari Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Dengan begitu, Anda berkesempatan untuk makan malam dan berdialog bersama Chairul Tanjung.
Cukup download buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong secara gratis di sini: detik.com/anaksingkong60th
Simak Video "Video: Kala Chairul Tanjung Dinyanyikan Selamat Ultah di Perayaan HUT Jakarta"
[Gambas:Video 20detik]
(irw/ang)