Alert! Sederet Negara Ini Terancam Gagal Bayar Utang Seperti Sri Lanka

Alert! Sederet Negara Ini Terancam Gagal Bayar Utang Seperti Sri Lanka

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 16 Jul 2022 19:00 WIB
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah akhirnya tembus ke level Rp 15.000. Ini adalah pertama kalinya dolar AS menyentuh level tersebut pada tahun ini.
Ilustrasi/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Sejumlah negara berkembang menghadapi krisis utang yang serius. Ini terjadi akibat jatuhnya nilai tukar mata uang, tingkat obligasi tinggi, serta cadangan devisa yang menipis.

Lebanon, Sri Lanka, Rusia, Suriname, dan Zambia sudah dalam keadaan gagal bayar. Belarusia berada di ambang batas, dan belasan negara lainnya berada di zona bahaya. Naiknya biaya pinjaman, inflasi, serta utang mempengaruhi kondisi ini, dan memicu kekhawatiran akan keruntuhan ekonomi global.

Menurut analis, ada US$ 400 miliar utang akibat tingkat obligasi yang tinggi, mencapai 1.000 bps. Dalam hal ini, Argentina menjadi negara dengan utang paling besar, mencapai US$ 150 miliar. Ekuador dan Mesir menyusul di posisi berikutnya dengan rata-rata utang US$ 40-45 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para veteran krisis berharap bisa menghindari gagal bayar utang, terutama jika pasar global tenang dan IMF mendukung. Dikutip dari Reuters, Sabtu (16/7/2022), berikut daftar negara berisiko dan berada di zona bahaya.

Daftar Negara yang Krisis Utang:

ADVERTISEMENT

1. Argentina

Predikat Argentina sebagai negara dengan gagal bayar utang tertinggi tampaknya akan terus meningkat. Di pasar gelap, mata uang Peso diperdagangkan dengan diskon hampir 50%.

Cadangan devisa sudah sangat rendah, dan obligasi diperdagangkan hanya 20 sen dolar, kurang dari separuh dari yang Argentina lakukan setelah restrukturisasi utang negara 2020.

Pemerintah Argentina memang tidak memiliki utang berjumlah besar hingga 2024. Namun, hutang Argentina berpotensi meningkat jika gagal membayar Dana Moneter Internasional (IMF).

2. Ukraina

Akibat invasi Rusia, Ukraina harus merestrukturisasi utangnya senilai US$ 20 miliar. Krisis bermula di bulan September, ketika pembayaran obligasi senilai US$ 1,2 miliar jatuh tempo.

3. Tunisia

Beberapa negara di Afrika meminta bantuan kepada IMF. Tetapi, Tunisia nampaknya jadi salah satu negara yang paling berisiko.

Tunisia mengalami defisit anggaran hampir 10%, dan memiliki upah sektor publik tertinggi di dunia. Tingkat obligasi Tunisia meningkat menjadi lebih dari 2.800 bps.

Bersama dengan Ukraina dan El Salvador, Tunisia berada di daftar tiga besar kemungkinan gagal bayar utang menurut Morgan Stanley.

4. Ghana

Pinjaman yang masif membuat rasio utang terhadap PDB Ghana melonjak hampir 85%. Mata uangnya, cedi, kehilangan hampir seperempat nilainya tahun ini

Ghana sudah menghabiskan lebih dari setengah pendapatan pajak untuk membayar bunga utang. Inflasi di negara tersebut sudah mendekati angka 30%.

5. Mesir

Mesir memiliki rasio utang terhadap PDB hampir 95%. Perusahaan dana FIM Partners memperkirakan, Mesir memiliki utang senilai US$ 100 miliar untuk dibayar selama lima tahun ke depan, termasuk obligasi senilai $3,3 miliar pada tahun 2024.

Kairo mendevaluasi pound sebesar 15% dan meminta bantuan IMF pada bulan Maret lalu. Tetapi spread obligasi sekarang lebih dari 1.200 bps.

Francesc Balcells, CIO debt EM di FIM Partners, memperkirakan bahwa sekitar setengah dari US$ 100 miliar yang harus dibayar Mesir pada tahun 2027 adalah untuk IMF atau kebutuhan bilateral di kawasan Teluk. "Dalam kondisi normal, Mesir seharusnya mampu membayar," kata Balcells.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

6. Kenya

Kenya menghabiskan sekitar 30% dari pendapatan negaranya untuk pembayaran bunga. Obligasi Kenya telah kehilangan hampir setengah nilainya, dan saat ini tidak memiliki akses ke pasar modal terkait
masalah dengan obligasi US$ 2 miliar dolar yang akan jatuh tempo pada tahun 2024.

Mengenai Kenya, Mesir, Tunisia dan Ghana, David Rogovic dari Moody mengatakan, negara-negara ini adalah yang paling rentan dan menghadapi tantangan fiskal dalam hal menstabilkan beban utang

7. Ethiopia

Ethiopia berencana menjadi negara pertama yang mendapatkan keringanan utang di bawah program Kerangka Kerja Umum G20. Perang saudara yang terjadi di Ethiopia menghambat kemajuan negara tersebut. Hingga sekarang, Ethiopia masih harus mengurusi satu-satunya obligasi internasionalnya sebesar US$ 1 miliar.

8. El Salvador

Membuat tender legal bitcoin menutup pintu bagi harapan IMF. Kepercayaan telah jatuh ke titik di mana obligasi US$ 800 juta yang jatuh tempo dalam enam bulan diperdagangkan dengan diskon 30%, dan obligasi jangka panjang dengan diskon 70%.

9. Pakistan

Pakistan mencapai kesepakatan penting dengan IMF minggu ini. Harga impor komoditas energi yang tinggi mendorong negara itu ke ambang krisis neraca pembayaran.

Cadangan mata uang asing menipis ke level US$ 9,8 miliar, diperkirakan tidak cukup untuk impor selama lima minggu. Rupee Pakistan melemah ke rekor terendahnya.

10. Belarus

Sanksi yang ditetapkan Barat membuat Rusia mengalami gagal bayar bulan lalu. Kini, Belarus mendapat perlakuan yang sama karena mendukung posisi Moskow dalam konflik di Ukraina.

11. Ekuador

Negara Amerika Latin itu sebenarnya hanya gagal bayar dua tahun lalu. Namun, Ekuador kembali diguncang ke dalam krisis oleh protes keras dan upaya untuk menggulingkan Presiden Guillermo Lasso.

Ekuador mencatatkan utang yang cukup banyak sebab pemerintah memberikan banyak subsidi, termasuk bahan bakar dan makanan. JPMorgan telah menaikkan perkiraan defisit fiskal sektor publiknya menjadi 2,4% dari PDB tahun ini dan 2,1% tahun depan. Sementara spread obligasi telah mencapai 1.500 bps.

12. Nigeria

Spread obligasi Nigeria sebenarnya hanya sekitar 1.000 bps. Nigeria juga memiliki beban obligasi US$ 500 juta yang jatuh tempo dalam waktu setahun, yang harusnya bisa ditutupi oleh cadangan devisa yang meningkat sejak juni.

Meskipun demikian, Nigeria menghabiskan hampir 30% dari pendapatan pemerintah untuk membayar bunga atas utang luar negerinya.


Hide Ads