Haagen-Dazs, salah satu merek es krim yang populer di Tanah Air tengah menjadi topik pembicaraan yang hangat belakangan ini. Sebab, produknya yakni es krim rasa vanilla ditarik dari peredaran karena disebut mengadung Etilen Oksida yang melebihi batas.
Tak lama berselang, Haagen-Dazs Indonesia juga menghentikan penjualan 11 varian rasa lainnya.
Sebagai sebuah merek es krim, Haagen-Dasz terbilang cukup tua. Setidaknya, Haagen Dazs telah berumur lebih dari 50 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dikutip dari haagen-dazs.co.uk, Minggu (24/7/2022), Haagen-Dazs didirikan oleh Reuben Mattus bersama istrinya Rose tahun 1960 di New York. Pada awalnya, produk yang diluncurkan berupa tiga varian rasa yakni cokelat, vanilla dan kopi.
Reuben telah mendedikasikan dirinya untuk es krim sejak umur 9 tahun. Ia memiliki misi untuk menciptakan es krim yang halus dan lembut, sehingga masuk ke selera orang dewasa.
"Jika anda seperti orang lain, anda tersesat," kata Reuben.
Maka, kata dia, Haagen-Dazs diciptakan tidak seperti es krim yang lain.
Seiring berjalannya waktu, Haagen-Dazs terus berkembang. Kini, es krim tersebut memiliki 46 varian rasa. Berawal dari dapur yang luar biasa, Haagen Dazs kini telah membuka 800 outlet yang tersebar di berbagai negara.
Berdasarkan laporan New York Times tahun 1994 disebutkan, Reuben memulai merintis bisnis sejak remaja di mana ia dengan kuda dan kereta menjajakan es krim homemade keluarga Mattus selama lebih dari 30 tahun ke toko permen dan restoran di lingkungan Bronx. Hingga akhirnya menemukan ide bisnis yang akan menghasilkan kekayaan baginya di tahun 1959.
Saat itu, ia mengambil kesimpulan bahwa sebagian besar pecinta es krim di New York bersedia membayar untuk sesuatu yang mereka anggap berbeda.
Reuben mengikuti tren yang berkembang khususnya pada minat konsumen makanan pada bahan-bahan yang dianggap berkualitas tinggi dan alami. Haagen Dazs dan es krim pesaing diperkenalkan dengan waktu yang hampir bersamaan yang memiliki lebih banyak lemak mentega.
"Ketika saya keluar dengan Haagen-Dazs, kualitas es krim telah memburuk sampai-sampai hanya manis dan dingin," katanya.
"Es krim menjadi lebih murah dan lebih murah, jadi saya justru sebaliknya," tambahnya.
Popularitas Haagen-Dazs terus meningkat yang mendorong pembukaan ratusan toko hingga sampai Tokyo. Namun, pada 1983, Haagen-Dazs dijual ke Pillsbury Company.
(acd/dna)