Nilai Ekonomi Sampah Laut

ADVERTISEMENT

Kolom

Nilai Ekonomi Sampah Laut

Sakti Wahyu Trenggono - detikFinance
Minggu, 31 Jul 2022 12:30 WIB
Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono
Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sakti Wahyu Trenggono/Dok. KKP
Jakarta -

Sektor kelautan dan perikanan memberikan banyak pelajaran sekaligus tantangan bagi saya tidak sebatas sebagai seorang menteri, melainkan sebagai manusia.

Hal ini karena yang bergantung kepada laut bukan hanya para nelayan atau orang yang hari-harinya hilir mudik di lautan, tapi semua makhluk di bumi.

Memiliki area paling luas di Indonesia, laut menyokong banyak aspek kehidupan.

Dari sanalah air dan protein terbesar dihasilkan, begitu pula oksigen yang kita hirup setiap saat. Laut juga berperan sebagai pengatur iklim yang kaitannya dengan cuaca hingga bencana. Dan yang tak kalah krusial, jutaan orang menggantungkan hidup dari laut.

Untuk itu, perlu kejelian dalam mengelola sektor ini agar kebutuhan manusia tetap terpenuhi dan ekosistem laut senantiasa lestari. Inilah yang mendasari saya bersama tim di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengedepankan program-program berbasis ekonomi biru pada tata kelola sektor kelautan dan perikanan Indonesia.

Cukup banyak tantangan dalam mengimplementasikan prinsip ekonomi biru tersebut.

Salah satu yang besar adalah banyaknya sampah yang mencemari lautan yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada kelangsungan hidup beragam biota di dalamnya.

Jutaan ton sampah mencemari laut Indonesia setiap tahunnya, yang berasal dari kegiatan manusia di laut dan juga di daratan. Sampah-sampah dari darat berakhir sampai laut melalui aliran-aliran sungai.

Dari literatur yang saya baca, sampah laut banyak jenisnya. Selain plastik, ada jenis sampah logam seperti kaleng minuman dan pembungkus kertas timah sekali pakai. Lalu jenis sampah gelas berupa botol dan bola lampu. Kemudian sampah pakaian dan tekstil, hingga sampah karet yakni ban, balon, sampai sarung tangan.

Sedangkan berdasarkan ukuran, sampah laut dibagi dalam lima kategori, yakni mega debris berukuran lebih dari 1 meter yang pada umumnya ditemui di perairan laut lepas. Di susul macro debris dengan ukuran di atas 2,5 cm sampai kurang dari 1 meter yang banyak ditemukan di dasar maupun permukaan perairan.

Ada pula meso debris dengan ukuran 5 mm sampai di bawah 2,5 cm. Sampah ukuran ini biasanya terdapat di permukaan perairan maupun sudah tercampur dengan sedimen.

Selanjutnya ada sampah sangat kecil yakni micro debris (ukuran 0,33 sampai 5,0 mm) dan nano-debris yang ukurannya lebih kecil lagi dari micro debris.

Dua sampah ini sangat berbahaya karena dengan mudah masuk ke tubuh organisme laut, termasuk ikan dan kerang-kerangan yang biasa kita konsumsi

Sektor kelautan dan perikanan memberikan banyak pelajaran sekaligus tantangan bagi saya tidak sebatas sebagai seorang menteri, melainkan sebagai manusia.

Lanjut ke halaman berikutnya



Simak Video "Menteri Trenggono Minta Nelayan Berhenti Tangkap Ikan, Kumpulkan Sampah Laut"
[Gambas:Video 20detik]

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT