Harga tiket pesawat ke luar negeri mengalami lonjakan tinggi terutama untuk tujuan favorit seperti negara-negara di Eropa. Hal ini merupakan imbas dari mahalnya harga avtur yang menjadi bahan bakar pesawat.
Dilansir dari traveller.com, Senin (1/8/2022), faktor lain naiknya harga tiket pesawat ke Eropa karena minimnya persaingan pada maskapai berbiaya murah. Tidak adanya maskapai China di Australia mendongkrak biaya penerbangan ke Eropa.
Pada Mei 2022, total 51 maskapai Internasional mengoperasikan layanan penumpang terjadwal ke Australia. Jumlah itu berkurang 10 dibanding Mei 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian besar maskapai yang tidak lagi mengudara adalah maskapai yang berbasis di China. Sebelum pandemi COVID-19 melanda, maskapai China banyak memberikan penawaran harga murah ke Eropa baik kelas ekonomi atau bisnis.
Sebelum pandemi COVID-19, maskapai penerbangan China banyak mengisi penerbangan Australia. Terbukti dari banyaknya turis China yang membanjiri Australia, lebih dari 1,44 juta orang dalam 12 bulan hingga November 2019.
Pemerintah China bahkan memberi kemudahan bagi warga Australia untuk liburan persinggahan dengan bebas visa 72 jam masuk ke 18 kota di China dan masuk bebas visa 144 jam ke segelintir kota lainnya.
Dalam enam bulan pertama tahun 2019, 9 maskapai penerbangan berbasis di China yang mengoperasikan layanan penumpang ke Australia membawa total 915.641 penumpang. Dalam periode enam bulan yang sama pada 2022, jumlah itu menyusut menjadi hanya 3 maskapai dan mengangkut total 22.251 penumpang.
"Itu seperempat jumlah yang dibawa ke dan dari Australia hanya dengan satu maskapai China, China Southern Airlines dalam satu bulan Januari 2019," bunyi pemberitaan tersebut.
Dengan ketidakhadiran maskapai China, operator yang tersisa mengambil kesempatan dan mendongkrak harga pada penerbangan ke Eropa. Tidak ada yang bisa menyalahkan karena mereka mengambil keuntungan dari lonjakan permintaan saat pasokan pesawat sedang tercekik.
(aid/eds)