COVID-19 bukan cuma menjadi wabah bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Lebih jauh, wabah penyakit ini telah memicu krisis ekonomi di seluruh belahan dunia.
Di Indonesia sendiri, nampaknya krisis ekonomi imbas dari COVID-19 sudah mulai bisa dikendalikan. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan masih banyak potensi krisis yang mengancam ekonomi Indonesia.
Kewaspadaan dan kehati-hatian mengelola keuangan negara menurutnya harus tetap dijaga. Ke depan, menurut Sri Mulyani, ancaman ekonomi kemungkinan akan banyak datang dari luar negeri.
"Tantangan ke depan bagaimana? In certainty, ini datangnya dari luar, apa yang terjadi di Amerika Serikat misalnya bisa berdampak ke kita," papar Sri Mulyani dalam peluncuran buku 'Keeping Indonesia Safe from COVID-19 Pandemic' besutan Kemenkeu, Jumat (5/8/2022).
Setidaknya ada empat hal yang bakal jadi ancaman bagi ekonomi Indonesia. Apa saja?
1. Gelombang Kenaikan Suku Bunga
Hal yang pertama harus diwaspadai dan terus dipantau adalah kebijakan moneter bank sentral di Amerika Serikat ataupun Eropa yang mulai secara agresif menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga ini efeknya akan besar ke seluruh dunia.
Indonesia harus memantau betul apa yang terjadi di Amerika. Dia memaparkan kenaikan suku bunga ini bisa menyelesaikan masalah inflasi di Amerika namun bisa juga membuat negara dengan kapasitas ekonomi terbesar itu melambat.
Apapun kebijakan yang diambil di Amerika Serikat menurutnya akan sangat berdampak ke perekonomian global. Bisa saja hal itu akan mempengaruhi ekonomi Indonesia.
"Kalau Federal Reserve naikkan suku bunga lebih agresif itu seperti orang pakai antibiotik... Tinggal lihat siapa kena dulu, apakah penyakitnya dulu inflasi (menurun) atau growth-nya (pertumbuhan ekonomi menurun) sebagai eksesnya. Bisa aja growth-nya duluan yang kena," kata Sri Mulyani.
"Ini spektrumnya tinggi, spektrumnya luas, Ini adalah instuemn policy yang powerful," sebutnya.
2. Kondisi Geopolitik
Ancaman yang kedua adalah kondisi geopolitik. Konflik-konflik antar negara saat ini sudah mulai menimbulkan perang. Sri Mulyani menyatakan masalah ekonomi yang ditimbulkan dari perang Rusia-Ukraina belum selesai, kini Taiwan dan China justru sedang memanas hubungannya. Bukan tidak mungkin perang akan pecah.
"Kedua saya mau sampaikan yang sulit diprediksi adalah perang (kondisi geopolitik). Kemarin di Ukraine, sekarang dekat-dekat kita nih, Taiwan," ungkap Sri Mulyani.
Maka dari itu, menurutnya pemangku kepentingan di Indonesia harus selalu bersiap menghadapi masalah yang ada. Menurutnya, dampak perang tak akan terduga.
"Apapun yang kita prediksi, itu bisa 1.001 versi dan kita nggak tahu apa yang terjadi, makanya harus selalu bisa siap-siap," ujar Sri Mulyani.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
(hal/dna)