Selandia Baru Masuk ke Jurang Resesi!

Selandia Baru Masuk ke Jurang Resesi!

Andi Hidayat - detikFinance
Kamis, 19 Des 2024 16:42 WIB
Aneka aktifitas romantis di Selandia Baru
Foto: (dok Tourism New Zealand
Jakarta - Selandia Baru mengalami resesi ekonomi di kuartal III-2024. Berdasarkan data ekonomi Selandia Baru, produk domestik bruto (PDB) negara tersebut menurun 1% dari perkiraan pasar sebesar 0,2%.

Mengutip dari Reuters, aktivitas ekonomi Selandia Baru merosot tajam pada kuartal III-2024. Kondisi tersebut memaksa otoritas Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) untuk memangkas suku bunga lebih agresif dari yang sebelumnya hingga 125 bps menjadi 4,25%.

"Mengingat kondisi ekonomi yang buruk, kami sekarang berpikir risikonya condong ke arah pemotongan suku bunga sebesar 75 bps pada bulan Februari," kata ekonom Capital Economics, Abhijit Surya, ditulis Kamis (19/12/2024).

Selain itu, kondisi ekonomi Selandia Baru juga menyebabkan mata uang lokal menyentuh titik terendah dalam dua tahun terakhir di level US$ 0,5614 setelah anjlok 2,2% akibat pelonggaran kebijakan moneter dari the Fed. "Kami lebih yakin dari sebelumnya bahwa Bank akan memangkas suku bunga di bawah netral, pada akhirnya menjadi 2,25," jelasnya.

Akibatnya, RBNZ memberi sinyal peluang memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan Februari. Dengan begitu, suku bunga Selandia Baru diperkirakan menyentuh level 3% pada akhir 2025.

Adapun kuartal Juni direvisi untuk menunjukkan penurunan sebesar 1,1%. Dua kuartal berturut-turut ekonomi Selandia Baru mengalami penurunan secara definisi teknis dan resesi. Penurunan ini menjadi yang terbesar sejak kemerosotan ekonomi pada masa pandemi dan yang terjadi di tahun 1991.

"Ini jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan siapa pun," ungkapnya.

Menteri Keuangan Selandia Baru, Nicola Willis menduga ada peran bank sentral di balik kontraksi ekonomi yang terjadi. Ia menilai, kontraksi yang terjadi mencerminkan dampak dari inflasi yang terjadi.

"Hal itu menyebabkan Bank Sentral merancang resesi yang menghambat pertumbuhan," ungkapnya.

Kondisi resesi pada ekonomi Selandia Baru pun dianggap menyebar ke berbagai sektor, khususnya manufaktur, utilitas, hingga konstruksi. Selain itu, resesi juga menyebabkan belanja rumah tangga dan pemerintah, investasi, dan ekspor merosot.

Pada September tahun ini, produksi Selandia Baru juga merosot tajam sebesar 1,5%. Penurunan ini menjadi yang terdalam sejak pandemi dan jauh dari yang diperkirakan sebesar 0,4%.

Berdasarkan survei bisnis yang dilakukan ANZ, ekonomi Selandia Baru menunjukkan perbaikan pada aktivitas bulan Desember. Selain itu, keyakinan pasar dinilai tetap bertahan mendekati titik tertinggi di Selandia Baru.

"Survei menunjukkan lebih banyak tanda-tanda pemulihan permintaan, dengan peningkatan layak pertama yang pernah kita lihat dalam aktivitas sebelumnya, yang merupakan indikator PDB terbaik dalam survei tersebut," kata Kepala ekonomi Selandia Baru di ANZ, Sharon Zollner. (fdl/fdl)


Hide Ads