Ekspor Meroket 18%, Pemulihan Ekonomi China di Depan Mata?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 09 Agu 2022 11:59 WIB
Ilustrasi/Foto: Shutterstock
Jakarta -

China mencatatkan pertumbuhan yang sangat kuat pada sektor perdagangan internasional di bulan Juli. Angka ekspor negeri Bambu meningkat 18% secara year-on-year.

Capaian itu memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan untuk ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Menurut data statistik Bea Cukai China yang dilansir dari CNN, kenaikan ekspor ini dapat menandai laju pertumbuhan tercepat tahun ini.

Impor yang dilakukan China juga tumbuh namun sangat tipis di level 2,3% secara tahunan. Menunjukkan permintaan domestik tetap lemah.

Kinerja ekspor yang kuat pada bulan Juli membuat surplus perdagangan China ke rekor US$ 101 miliar atau sekitar Rp 1.464 triliun (kurs Rp 14.800) untuk bulan tersebut. Ini menjadi pertama kalinya surplus perdagangan China melampaui US$ 100 miliar. Sebagai perbandingan, surplus perdagangan pada Juli 2021 hanya US$ 56,6 miliar.

"Data perdagangan bulanan menunjukkan bahwa pabrik-pabrik China terus bergerak menuju kebangkitan yang kuat dari gelombang Omicron terbaru," kata David Chao, ahli strategi pasar global untuk Asia Pasifik (ex-Jepang) di Invesco.

Normalisasi aktivitas produksi di tempat-tempat seperti Delta Sungai Yangtze menurut Chao telah terjadi. Delta Sungai Yangtze, yang terdiri dari Shanghai dan sebagian provinsi Jiangsu dan Zhejiang, adalah pusat perdagangan luar negeri utama China.

Aktivitas di Shanghai, pelabuhan peti kemas tersibuk di dunia, mencapai rekor tertinggi pada Juli, setelah kota itu secara bertahap melonggarkan kebijakan pengetatan aktivitas sosial.

Permintaan yang kuat dari Asia Tenggara, Eropa, dan Rusia menopang ekspor pada bulan Juli. Pengiriman barang ke negara-negara Asia Tenggara melonjak 34%, ke Uni Eropa meningkat 23%, dan ke Rusia naik 22%.

Ketahanan sektor ekspor yang lebih kuat dari perkiraan ini menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi China. Negara tersebut telah bergulat dengan meningkatnya tantangan domestik. Termasuk lockdown COVID-19 yang kaku, konsumsi masyarakat yang lemah, dan pasar perumahan yang merosot.

Tampaknya semakin besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi China akan meleset dari target pertumbuhan pemerintah sebesar 5,5% tahun ini.

Ekspor menyumbang 0,9 poin persentase atau lebih dari sepertiga dari tingkat pertumbuhan PDB China pada paruh pertama tahun ini. Sektor perdagangan ini juga merupakan kunci pasar kerja karena mempekerjakan 180 juta orang tahun lalu, jumlah sebesar itu setara dengan seperempat dari angkatan kerja China.

Tonton juga Video: Resor di China Lockdown, 80 Ribu Turis Terjebak







(hal/eds)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork