Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022 mencapai 5,44% (yoy). Perolehan itu membuat Indonesia digadang-gadang jauh dari kemungkinan resesi.
Terlepas dari itu, Indonesia harus tetap waspada terhadap kondisi global yang masih penuh ketidakpastian. Setelah pecahnya perang Rusia dan Ukraina, kini muncul potensi konflik antara China dan Taiwan akibat Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi berkunjung ke Taipei.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan jika China dan Taiwan perang maka dampaknya bisa meningkatkan harga komoditas dan menganggu pemulihan ekonomi.
"Kita harapkan de-eskalasi untuk di region kita seperti di Taiwan dalam konteks kunjungan Pelosi ke Taiwan kemarin. Ini akan terus kita pantau karena risikonya memang adalah terhadap harga komoditas dan juga pemulihan ekonomi di banyak negara. Kita lihat bagaimana Indonesia akan merespons," kata Febrio dalam Taklimat Media secara virtual, Senin (8/8/2022).
Padahal saat ini harga komoditas pangan dan energi baru berangsur turun setelah adanya kenaikan akibat salah satunya karena perang Rusia dan Ukraina.
"Secara keseluruhan mayoritas dari harga komoditas pangan itu relatif sudah turun cukup banyak. Akan tetapi untuk komoditas energi masih relatif tinggi, untuk minyak bumi misalnya crude masih 23,5% walaupun sudah terkoreksi cukup signifikan dan hari-hari terakhir ini kita juga lihat bagaimana harga dari minyak bumi ini juga sudah berada di bawah US$ 100 per barel," jelasnya.
Febrio juga mewaspadai konflik China dan Taiwan berpotensi memberikan dampak terhadap mobilitas perdagangan dan investasi Indonesia. Meski sampai saat ini diakui dampaknya belum terlihat.
"Sejauh ini memang belum ada dampak yang terlihat cukup signifikan, akan tetapi kita waspada karena kita sudah lihat apa yang terjadi di Ukraina dan dampaknya sudah kita rasakan dan kita sudah harus mengubah, menyiapkan kebijakan kita terkait perang di Ukraina," tuturnya.
Indonesia berharap secepatnya terjadi de-eskalasi baik Rusia dan Ukraina maupun China dan Taiwan. Dengan begitu harapannya pertumbuhan ekonomi global maupun regional tetap bisa terjaga.
"Dalam konteks ini lah kita akan terus mengedepankan diplomasi ekonomi. Dalam konteks geopolitik yang terjadi banyak negara miskin di Afrika sudah terkena dampak sangat negatif. Bahkan dalam G20 kita sudah menyuarakan bagaimana banyak negara miskin sudah masuk dalam krisis pangan," ujarnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya.