Hati-hati! Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III Diprediksi Turun Jadi Segini

Hati-hati! Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III Diprediksi Turun Jadi Segini

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 08 Agu 2022 08:32 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi pertumbuhan ekonomi secara kumulatif atau sampai September 2018 sebesar 5,17%.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2022 sebesar 5,44%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2022 5,01%.

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebutkan jika capaian pertumbuhan kuartal II lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5,2%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I-2022 membawa angin segar untuk pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak pandemi COVID-19.

"Namun demikian, tentu tidak ada alasan untuk euforia merayakan capaian kinerja semester pertama, mengingat dua kuartal berikutnya ekonomi Indonesia akan dihadapkan pada situasi ketidakpastian global yang tampak semakin nyata," tulis Indef dikutip Senin (8/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada kuartal II ini aktivitas ekonomi ada pendongkrak seperti Lebaran dan mudik. Lalu keuntungan surplus dagang dari lonjakan harga komoditas di pasar global pun ke depan akan kian menipis seiring perkembangan ekonomi negara-negara mitra dagang yang cenderung pesimis.

"Indef memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III akan mengalami penurunan yaitu 5% yoy. Oleh karena itu untuk memitigasi risiko penurunan pertumbuhan ekonomi ada beberapa poin catatan evaluasi kinerja ekonomi dengan harapan ekonomi Indonesia dapat bertahan di tengah meningkatnya tensi ketidakpastian global," lanjut catatan tersebut.

ADVERTISEMENT

Indef menyebut pada kuartal berikutnya tak ada momen musiman. Oleh karena itu pemerintah harus mengatasi masalah inflasi yang mengganggu daya beli masyarakat. Inflasi ini difokuskan pada inflasi harga bergejolak dan inflasi yang diatur pemerintah.

Kemudian pemerintah juga perlu mengakselerasi belanja untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Belanja yang perlu didorong pada kuartal III adalah belanja barang dan modal sehingga sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi positif.

"Kinerja sektor dominan yang menampung banyak lapangan kerja seperti sektor industri, pertanian, dan perdagangan perlu ditingkatkan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi," tulisnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Kemudian pemerintah juga harus menjaga pasar mitra dagang serta mendorong ekspor ke pasar-pasar potensial baru agar surplus dagang bisa dipertahankan. Kemudian mendorong dan meningkatkan penguatan aktivitas ekonomi domestik dalam menjadi strategi jitu untuk bertahan di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.

Selain itu pemerintah juga harus melakukan formula kenaikan UMP agar sama dengan inflasi daerah. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat dan pertumbuhan konsumsi.

Selanjutnya insentif fiskal juga perlu diarahkan kepada sektor-sektor tertentu, tidak diberikan secara sporadis. Restrukturisasi kredit terbatas kepada sektor-sektor industri tertentu yang masih belum pulih perlu diberikan.

Kemudian Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) dinilai perlu dilakukan evaluasi seiring dengan tantangan yang ada. Lalu kebijakan mitigasi risiko atas kondisi global saat ini bisa dilakukan dengan mendiversifikasi suplai dari negara asal bahan baku, evaluasi dan ratifikasi kerjasama dagang hingga melakukan reshoring industri tertentu.

"Kebijakan hilirisasi juga perlu ditinjau ulang apakah mampu mendorong kinerja industri manufaktur karena saat ini kinerja pertumbuhan pertambangan jauh lebih tinggi dibandingkan manufaktur," jelasnya.


Hide Ads