Ekonomi RI Tumbuh Tinggi, tapi Ada yang Harus Diwaspadai

Ekonomi RI Tumbuh Tinggi, tapi Ada yang Harus Diwaspadai

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 28 Feb 2025 14:36 WIB
Anak-anak tengah bermain dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Jumat (7/2/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 masih loyo.Hal ini terlihat dari realisasi ekonomi Indonesia sepanjang 2024 yang tumbuh 5,03%, melambat jika dibandingkan 2023 sebesar 5,05%.
Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil dan berkembang pesat. Namun ada beberapa hal yang harus diwaspadai agar pertumbuhan ekonomi tidak menurun.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan perkembangan beberapa indikator pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Salah satunya daya beli masyarakat yang terlihat dari melemahnya penjualan di sejumlah industri.

"Pemulihan daya beli masyarakat karena kita melihat dari indikator melemahnya pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor, lalu indeks retail di sejumlah industri itu juga turun dan dari kacamata indeks keyakinan konsumen jadi baik di penjualan maupun retail dan consumer confidence kita berhadapan dengan kondisi pelemahan," kata Mahendra dalam acara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, yang disiarkan secara virtual, Jumat (28/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahendra mengungkap pertumbuhan kredit tahun lalu mencatat double digit 10,37%. Namun dia menyoroti alokasi kredit tersebut yang tercatat di sejumlah segmen mengalami penurunan.

Ia menyebutkan kredit korporasi masih mengalami pertumbuhan 15,8%, kredit untuk konsumsi tumbuh 9,8%, sementara kredit UMKM itu mengalami penurunan 3%.

ADVERTISEMENT

"Jadi saya gambarkan bahwa secara menyeluruh memang solid tapi di dalam itu ada hal-hal yang harus diwaspadai bagaimana dengan belanja modal dari segi capex," jelasnya.

Dalam paparannya dijelaskan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia melesat, sektor jasa keuangan juga perlu digenjot. OJK menargetkan pertumbuhan kredit perbankan 9%-11%, dana pihak ketiga 6%-8%, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan 8%-10%, aset asuransi tumbuh 6%-8%, aset dana pensiun tumbuh 9%-11%, aset penjaminan tumbuh 6%-8%, dan penghimpunan dana di pasar modal Rp 220 triliun.

"(Sektor jasa keuangan ) memang tetap tumbuh tapi itu pun ada pelandaian. Itu isu-isu yang harus diperhatikan. Jadi solid tapi jangan lengah, ada hal-hal yang harus diperhatikan," pungkasnya.

(acd/acd)

Hide Ads