Penarikan utang lewat penerbitan surat berharga negara (SBN) dalam APBN 2022 turun dibandingkan tahun lalu. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan utang turun hingga 49% lebih.
"Pembiayaan utang merosot tajam, turun 49,5%. Dalam hal ini untuk pembiayaan utang kalau tahun lalu sampai 31 Juli kita menerbitkan pembiayaan utang Rp 487,4 triliun, tahun ini kita hanya menerbitkan Rp 223,9 triliun. Ini turun 54% untuk SBN itu," tegas Sri Mulyani dalam paparan virtual APBN Kita, Kamis (11/8/2022).
Dalam bahan paparannya, Sri Mulyani menjelaskan penurunan outlook defisit anggaran ke level 3,92% dan penambahan penggunaan SAL, membuat target utang tunai tahun ini bakal turun Rp 221 triliun. Yang awalnya, 1.416 triliun akan turun menjadi Rp 1.195 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sri Mulyani, APBN telah berjuang keras dalam beberapa tahun terakhir menghadapi pandemi COVID-19. Namun kini, APBN akan pulih kembali kesehatannya.
"Situasi pembiayaan APBN kita masih terjaga dengan baik ini perbaikan luar biasa, indikator kesehatan APBN mulai diperbaiki," kata Sri Mulyani.
Di sisi lain, APBN kembali mencatatkan surplus hingga akhir Juli 2022. Besarannya sangat fantastis yakni Rp 106,1 triliun atau 0,57% terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Pendapatan negara tumbuh cukup tinggi sehingga sampai akhir Juli 2022 kita masih menghadapi surplus, bukan defisit untuk APBN-nya," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam Taklimat Media secara virtual, Senin (8/8/2022) kemarin.
Capaian ini melengkapi surplus selama tujuh bulan beruntun sejak awal 2022. Akhir Juni 2022, surplus mencapai Rp 73,6 triliun. Menurut Febrio, faktor pendorong utama adalah peningkatan penerimaan negara.