Jokowi Dapat Penghargaan Swasembada Beras, Benarkah RI Sudah Tak Impor?

Jokowi Dapat Penghargaan Swasembada Beras, Benarkah RI Sudah Tak Impor?

Ilyas Fadhillah - detikFinance
Senin, 15 Agu 2022 06:00 WIB
Pemerintah berencana impor beras 1 juta ton. Dirut Perum Bulog Budi Waseso pun buka-bukaan soal kondisi ratusan ribu ton beras impor yang belum terpakai.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima penghargaan swasembada beras dari International Rice Research Institute (IRRI). Penghargaan ini diterima langsung oleh Jokowi di Istana Negara, Jakarta pada Minggu, 14 Agustus 2022.

Indonesia dinilai berhasil menjaga ketahanan pangan nasional, khususnya beras. Menurut Jokowi, hal ini tak lepas dari pembangunan infrastruktur pertanian yang terus digencarkan pemerintah.

Jokowi menyebut saat ini telah diresmikan 29 bendungan besar. Tahun ini jumlahnya akan bertambah menjadi 38 bendungan, dan sampai 2024 akan diselesaikan sekitar 61 bendungan. Lalu, ada 4.500 embung dan lebih dari 1,1 juta irigasi yang telah dibangun sejak 2015.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu hasil dari pembangunan itu Indonesia berhasil mengurangi jumlah impor jagung dari 3,5 juta ton menjadi hanya 800 ribu ton. Bahkan Jokowi mengatakan Indonesia sudah berhenti mengimpor beras sejak 3 tahun lalu.

"Dulu kita harus impor 3,5 juta ton jagung. Sekarang kita impor 800 ribu ton. ini lompatan yang besar sekali. Terus menerus Insyaallah kita tidak impor jagung lagi dalam 2-3 tahun lagi, seperti beras yang sudah 3 tahun tidak impor," kata Jokowi, dikutip Minggu (14/8/2022).

ADVERTISEMENT

Indonesia pun disebut konsisten memproduksi beras sebanyak 31,3 juta ton per tahun sejak 2019 hingga 2021. Sementara perhitungan BPS di akhir April 2022, stok beras di lapangan mencapai tingkat tertingginya, yaitu 10,2 juta ton.

Terkait klaim Indonesia sudah tidak impor beras selama 3 tahun, lantas benarkah demikian?

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang di-update 12 Agustus 2022, Indonesia masih mengimpor beras dari sejumlah negara. Tahun 2021, jumlahnya bahkan mencapai 407.741,4 ton, naik dari tahun 2020 yang hanya 356.286,2 ton.

Rincian impor beras di tahun 2021 adalah 215.386,5 ton dari India, 69.360 dari Thailand, 65.692,9 ton dari Vietnam, 52.479 ton dari Pakistan, 3.790 dari Myanmar, 230,3 ton dari Jepang, 42,6 ton dari China, dan dari negara lainnya sejumlah 760,1 ton.

Di tahun 2019 jumlah impor beras Indonesia adalah 444.508,8 ton. Pakistan menjadi pengimpor beras terbesar saat itu dengan jumlah 182.564 ton. Di tahun itu Indonesia juga mengimpor 166.700,6 ton beras dari Myanmar, dan 53.278 ton beras dari Thailand.

Adapun jumlah impor beras terbanyak sejak tahun 2000 terjadi pada tahun 2018. Saat itu Indonesia mengimpor beras hingga 2.253.824,4 ton. Beras yang diimpor dari Thailand mencapai 795.600 ton, sedangkan dari Vietnam sebanyak 767.180 ton.

Tapi, perlu dicatat. BPS membenarkan RI sudah tak lagi impor beras. Impor beras yang dimaksud Jokowi adalah impor beras konsumsi masyarakat atau beras medium. Sementara data BPS di atas adalah impor beras khusus.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto sempat buka suara soal perbedaan data yang disampaikan Jokowi dengan BPS. Ia menegaskan Indonesia memang tidak pernah mengimpor beras konsumsi masyarakat dalam beberapa tahun terakhir.

"Bahwa pemerintah tidak impor beras, benar. Karena yang dimaksud pak Jokowi itu kan nggak ada impor beras (beras medium) yang konsumsi kita sehari-hari. Itu udah nggak ada," kata Setianto saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (20/3/2021).

Dari catatan detikcom, beras khusus adalah beras yang tidak ditanam di Indonesia. Adapun peruntukannya adalah kebutuhan hotel, restoran, hingga pelaku bisnis katering.

Beras khusus memiliki kualitas setara premium namun akan dijual dengan harga beras medium. Beras khusus juga akan digunakan untuk cadangan apabila terjadi kelangkaan pasokan beras medium yang berpotensi menyebabkan kenaikan harga beras di tingkat pengecer dan konsumen.




(zlf/zlf)

Hide Ads