Adapun beras yang masih diimpor Indonesia merupakan beras untuk keperluan industri. Tercatat berdasarkan data BPS yang diperbarui 12 Agustus 2022, Indonesia mengimpor beras tersebut pada 2019 sebanyak 444,51 ribu ton, 2020 sebanyak 356,29 ribu ton, dan 2021 sebanyak 407,74 ton.
"Namun sebanyak 82% hingga 99% impor berupa broken rice atau beras pecah untuk bahan baku industri. Lagi pula persentasenya sangat-sangat kecil dibandingkan produksi beras dan stok beras kita," tegas Kuntoro.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih rinci, ia mengatakan broken rice yang berkode HS 10064090 tersebut sebagian besar digunakan untuk keperluan pakan ternak. Pada 2019, impor broken rice mencapai 98,6% dari keseluruhan impor beras. Sementara, pada 2020 capai 90,47%, dan 2021 sebanyak 81,63%.
Dengan demikian, apabila yang dimaksud ialah beras konsumsi atau beras medium, pernyataan Jokowi tersebut dapat dibuktikan kebenarannya.
Sementara mengenai ketahanan pangan, sebelumnya Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan pasokan beras nasional hingga Juni 2022 mencapai 9,71 juta ton. Hasil SCBN 2022 telah mengkonfirmasi posisi surplus beras periode 2019 sampai dengan Juni 2022 dengan menggunakan KSA (Kerangka Sampel Area) BPS.
"Stok beras kita mencukupi dan akan terus bertambah seiring dengan adanya panen tiap bulan hingga akhir Desember 2022," kata Habibullah.
Ia menyebutkan stok beras pada Juni 2022 sebagian besar berada di institusi rumah tangga yang mencapai 6,6 juta ton, kemudian di pedagang 1,04 juta ton, pada gudang Bulog 1,11 juta ton, penggilingan 0,69 juta ton, dan di horeka (hotel, restoran, catering) maupun industri sebesar 0,28 juta ton.
(ara/ara)