Perusahaan akuntansi PwC melaporkan terjadi penurunan besar terkait jumlah toko ritel yang tutup di Inggris. Jumlah penutupan ini berada pada level terendah selama tujuh tahun.
Tercatat lebih dari 6.000 toko ritel di Inggris tutup pada semester I-2022, turun sepertiga dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski begitu, pembukaan toko masih di bawah level sebelum pandemi COVID-19.
"Kabar baiknya adalah kami kembali ke High Street, ada lebih banyak orang yang berbelanja dan makan," kata Direktur Strategi Ritel PwC, Kien Tan dikutip dari BBC, Senin (29/8/2022).
Terlepas dari itu, PwC memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi akan kembali memukul sektor ritel. Daya beli konsumen akan tergerus, di sisi lain pedagang harus membayar tagihan lebih mahal.
"Jadi mungkin ada lebih banyak penutupan yang akan datang," ujar Tan.
Analisis PwC mencakup bisnis lebih dari lima gerai mulai dari ritel dan perhotelan, hingga pusat kebugaran, bank, dan penata rambut. Mereka tidak termasuk pedagang independen.
Pembukaan toko yang masih lesu mengakibatkan hilangnya lebih dari 2.200 outlet secara keseluruhan. Tingkat penutupan rata-rata mencapai 12 toko per hari, itu pun jumlah terendah dalam lima tahun.
Jenis penutupan toko di Inggris mengalami perubahan. Jika pada semester I-2021 lebih dari 1.000 toko pakaian menghilang, kini giliran toko judi, perbankan, dan toko amal yang paling banyak mengalami penurunan.
"Perbankan dan perjudian semua dapat dilakukan secara online. Rantai restoran sebenarnya kembali tumbuh untuk pertama kalinya dalam lima tahun dan itu karena kami tidak dapat mengganti jenis itu," imbuhnya.
Simak Video "Jokowi Yakin Kepala Daerah yang Gagal Atasi Inflasi Merasa Malu"
[Gambas:Video 20detik]
(aid/zlf)