Dana Moneter Internasional (IMF) menyetujui pemberian pinjaman dengan batas kredit lunak sekitar US$ 18,5 miliar atau setara Rp 274,15 triliun ke Chile. Pinjaman itu akan digunakan untuk memberikan fleksibilitas lebih besar kepada penambang tembaga guna menghadapi risiko guncangan harga komoditas hingga pengetatan keuangan.
Chile adalah salah satu negara demokrasi paling stabil di Amerika Latin. Meski begitu, tetap saja terkena depresiasi mata uang dan ekonomi lemah secara tak terduga.
IMF menegaskan tidak ada batasan waktu untuk mengakses fasilitas dalam jumlah penuh. "Sekali lagi untuk menekankan, pihak berwenang tidak bermaksud untuk menarik (on the line)," kata Kepala misi IMF di Chile, Ana Corbacho dikutip dari BBC, Selasa (30/8/2022).
Hal ini akan meningkatkan ketersediaan likuiditas internasional bank sentral Chile lebih dari 40%. Sayangnya Kementerian Keuangan belum menanggapinya.
Chile mengatakan kepada IMF bahwa mereka akan membatalkan jalur likuiditas jangka pendek yang ada sekitar US$ 3,3 miliar.
Chile memenuhi syarat untuk jalur kredit lunak karena fundamental ekonomi yang kuat dan kerangka kebijakan kelembagaan serta komitmennya untuk mempertahankan kebijakan yang kuat di masa depan.
"Namun Chile sekarang menghadapi peningkatan risiko global yang nyata," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.
Batas kredit ditujukan untuk memberi instrumen pencegahan terhadap risiko dari kemungkinan perlambatan global, guncangan harga komoditas, dampak dari perang Rusia dan Ukraina, atau pengetatan tajam kondisi keuangan global.
Simak Video "Sri Mulyani Pede RI Tak Masuk Jurang Resesi Tahun Ini, Apa Alasannya?"
[Gambas:Video 20detik]
(aid/zlf)
