Tanda-tanda kondisi ekonomi dunia yang tidak pasti dan tidak menentu sebenarnya sudah lama kita lihat. Akan tetapi hal ini semakin diperparah di tahun 2022 ini dengan adanya perang antara Rusia dengan Ukraina. Menurut pengamatan saya pribadi, perangnya sendiri tidak berdampak secara signifikan pada perekonomian dunia, akan tetapi sejak ikut campurnya Amerika dengan memberikan sanksi kepada Rusia yang "wajib" diikuti oleh sekutu-sekutunya, maka secara perlahan tapi pasti ekonomi dunia menurut menuju lubang jurang resesi.
Berita sudah ada di mana-mana. Bahkan lembaga dunia seperti Bank Dunia dan IMF sekalipun sudah mengirimkan sinyal agar banyak negara di dunia berhati-hati. Buat mereka yang pernah bilang (saya lihat di media sosial) bahwa "tenang saja, Indonesia kuat kok tidak akan terkena dampaknya", mungkin ada baiknya anda tinggal di planet lain. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau seluruh negara akan terkena dampaknya, tak terkecuali Indonesia.
Saat ini Pemerintah sedang pusing tujuh keliling memikirkan bagaimana agar subsidi terjaga tapi tidak menyebabkan inflasi. Kenapa hal ini terjadi? Ya karena harga minyak dunia yang naik gila-gilaan sampai di atas $100 per barrel sementara perhitungan APBN kita menggunakan patokan angka $60an per barrel. Jadi sebenarnya tidak ada hubungan langsung dengan subsidi yang dipakai oleh "orang kaya" tersebut. Karena sebenarnya perhitungan tersebut sudah masuk sejak awal. Tapi karena harga minyaknya yang melambung menyebabkan secara nominal dananya mendadak menjadi kurang, akibatnya jumlah liter pun menjadi berkurang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah hal ini kemudian diperparah dengan naiknya jumlah konsumsi BBM yang dikarenakan orang-orang yang mampu membeli mobil baru dengan CC yang besar, tapi tidak tahu diri tetap menggunakan bensin bersubsidi. Baru disitulah ceritanya bisa "nyambung".
OK mari kita keluar dari topik yang sensi dan bikin banyak orang (terutama yang malas berfikir) akan memaki-maki, kita kembali ke judul diatas, "Butuh Penghasilan Tambahan Kah?" Kira-kira apa sih tandanya kalau kita sudah mulai membutuhkan penghasilan tambahan? Di tulisan kali ini kita kan fokus membaca tanda-tanda alam, maksudnya, tanda-tanda apa yang harus kita lihat yang bisa memberikan sinyal atau indikasi kalau ternyata kita membutuhkan penghasilan tambahan. Apa saja kah?
Kebutuhan Bertambah, Sementara Penghasilan Masih Sama
Sudah dibahas secara panjang lebar di atas bahwa biaya hidup dan kebutuhan hidup semakin bertambah, apalagi dengan adanya ancaman resesi dan inflasi termasuk di Indonesia. Ancaman BBM naik sudah pasti akan membuat emak-emak menjerit, karena uang belanja dianggap sudah tidak mencukupi lagi. Apalagi ditambah dengan angka inflasi yang selama ini dipakai sebagai patokan ternyata berbeda dengan yang dirasakan sebagian besar masyarakat ketika mereka berbelanja di pasar.
Di saat yang bersamaan penghasilan yang didapat masih sama setiap bulannya. Kalaupun ada kenaikan mungkin tidak bisa mengejar kenaikan biaya hidup. Mau minta lebih? Kondisi perusahaan juga sudah dalam kesulitan. Masih bagus dan bersyukur kalau perusahaan tetap bisa berjalan dan membayar gaji sehingga masih ada pekerjaan dan ada penghasilan bulanan. Dengan kata lain memaksa mendapatkan kenaikan gaji dari kantor sepertinya kurang memungkinkan.
Pilihannya adalah pindah kerja (yang kemungkinannya juga sama sulitnya), atau mencari penghasilan tambahan. Jadi, ketika kita merasakan bahwa penghasilan kita sudah mulai mepet dengan pengeluaran, jangan buru-buru keluar dan cari pekerjaan baru. Coba berfikir untuk mencari penghasilan tambahan deh, karena opsi ini bisa jadi lebih banyak terbuka dibandingkan pindah kerja / kantor secara langsung.
Wah baru tanda pertama saja sudah panjang kali lebar nih penjelasannya, apakah masih ada yang lain? Sudah pasti dooonk, tapi tidak akan cukup dibahas di artikel kali ini. Oleh sebab itu tunggu pembahasan di artikel sambungan berikutnya.
(zlf/zlf)