Harga telur yang masih tinggi berdampak luas ke masyarakat. Mereka yang berbisnis kuliner harus putar otak dan mengatur strategi agar tidak rugi.
Di pasaran, harga telur ayam dibanderol antara Rp 30 ribu - Rp 33 ribu per kilogram. Harga ini merupakan yang termahal dalam lima tahun terakhir.
Beberapa yang terdampak oleh tingginya harga telur misalnya penjual jajanan telur gulung hingga milor atau mie telur. Rifki, penjual telur gulung mengaku rela laba bersihnya berkurang akibat harga telur yang tinggi. Dari yang sebelumnya bisa mendapat laba bersih sekitar Rp 100 ribu, kini ia hanya mendapat Rp 50 ribu - Rp 70 ribu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya tergantung penjualan, cuma hitung-hitungannya kalau dulu bisa bawa pulang bersih Rp 100 ribu, paling sekarang cuma Rp 50 ribu - Rp 70 ribu," katanya kepada detikcom, Rabu (31/8/2022).
Meski dipusingkan dengan kondisi ini, Rifki yang biasa berjualan di sekitar Tegal Parang, Mampang Prapatan ini mengaku tak berani menaikkan harga atau mengurangi porsi ukuran. Ia takut pelanggannya berkurang dan membuat omzetnya makin turun.
Sama seperti Rifki, Trisno penjual milor di sekitar Tegal Parang juga mengaku dipusingkan dengan tingginya harga telur. Harga telur yang tinggi membuat ongkos produksinya naik cukup besar.
"Kerasa banget dampaknya (harga telur naik). Dulu yang biasa Rp 40 ribu cukup buat modal beli telur, sekarang Rp 60 ribu aja masih kurang," katanya menjelaskan.
Ia menyebut tingginya harga telur terjadi hampir dua bulan. Kini ia hanya bisa pasrah dan tidak berani menaikkan harga jajanan.
"Dulu minyak yang mahal, sekarang telur, ada yang Rp 30 ribu, Rp 31 ribu, sampai Rp 33 ribu. Ini udah hampir dua bulanan kaya gini. Mau naikkan harga juga nggak berani, kasihan juga kan yang beli anak-anak sekolah," katanya menambahkan.