Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah mengembangkan budidaya berkelanjutan yang ramah lingkungan untuk menjaga kelestarian ekosistem perairan dan meningkatkan produksi perikanan nasional.
Langkah tersebut mendapat dukungan dari Badan Pangan Dunia (Food and Agricultural Organization / FAO) karena akan berkontribusi pada ketahanan pangan global yang diprediksi akan terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun.
"Salah satu dari strategi ekonomi biru KKP adalah pengembangan budidaya ramah lingkungan, khususnya untuk komoditas udang, lobster, kepiting, rumput laut, dan ikan-ikan dengan nilai ekonomi tinggi seperti kerapu, dan kakap," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam keterangan tertulis, Senin (6/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, kata dia, kebijakan budidaya berkelanjutan ini juga bertujuan untuk mengurangi kegiatan penangkapan ikan di laut, terutama untuk jenis-jenis ikan tertentu. Dengan demikian nelayan tidak lagi bergantung pada hasil tangkapan sebagai satu-satunya sumber penghasilan, dan populasi ikan di laut tetap terjaga.
Selain itu, untuk memperkuat kebijakan budidaya berkelanjutan, Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan juga mendorong penggunaan pakan yang tidak merusak lingkungan dan menggantinya dengan bahan baku nabati. Contoh yang telah dilakukan ialah menggunakan maggot sebagai bahan baku pakan.
"Inovasi terus kami lakukan untuk menghadirkan pakan yang ramah lingkungan. Ini sangat penting karena bahan baku pakan saat ini sebagian besar masih bergantung pada hasil laut, sementara tujuan mengembangkan budidaya di antaranya untuk mengurangi tangkapan di laut," pungkas Trenggono.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP TB Haeru Rahayu menambahkan dari pengembangan budidaya berkelanjutan tersebut Pemerintah Indonesia salah satunya menargetkan produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton pada tahun 2024. Hasil produksi untuk memenuhi udang dalam negeri serta pasar global.
"Khusus udang, strategi kami untuk meningkatkan produksi dimulai dari melakukan evaluasi tambak yang ada. Kemudian melakukan revitalisasi tambak tradisional, dan membangun tambak udang modelling berbasis kawasan. Saat ini semuanya sedang berjalan," ujar TB Haeru Rahayu.
Baca juga: KKP Akan Permudah Nelayan Akses BBM Subsidi |
Sementara itu, Dirjen FAO Qu Dongyu mengapresiasi langkah strategis Indonesia mengembangkan budidaya berkelanjutan. Menurutnya, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar, begitu juga dengan potensi sumber daya manusianya.
Dirjen FAO Qu Dongyu juga mengakui bahwa budidaya menjadi masa depan sektor perikanan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara dan juga ketahanan pangan lokal maupun global. FAO memprediksi kebutuhan protein dunia akan meningkat hingga 70% pada tahun 2050 seiring bertambahnya populasi manusia.
"Mari kita bahas lebih lanjut khususnya mengenai budidaya. Isu kelautan sangat luas, tapi budidaya adalah yang utama di sektor perikanan. FAO juga fokus pada aspek ekonomi, dan budidaya utamanya," kata Qu Dongyu.
Sebagai informasi, kunjungan Menteri Trenggono ke Roma, Italia dalam rangka menghadiri sidang Committee on Fisheries (COFI) ke-35 yang diselenggarakan oleh Badan Pangan Dunia pada 5 sampai 9 September 2022. Dalam pertemuan tersebut, Menteri Trenggono menjadi ketua delegasi Indonesia.
(akd/ega)