Sederet Negara Maju Terancam Masuk Jurang Resesi

Sederet Negara Maju Terancam Masuk Jurang Resesi

Ilyas Fadilah - detikFinance
Rabu, 14 Sep 2022 06:00 WIB
Infografis 15 negara dalam bayang-bayang resesi
Foto: Infografis detikcom/Mindra Purnomo

2. Inggris

Inggris mencatatkan inflasi tertingginya selama 40 tahun terakhir. Inflasi Inggris tahun ini tercatat menyentuh angka 10,1% pada bulan Juli.

Ekonomi Inggris di bulan tersebut sebenarnya tumbuh 0,2%. Namun angka tersebut lebih rendah dar perkiraan ekonom yang memprediksi pertumbuhan Inggris sebesar 0,3%.

Produk domestik bruto (PDB) di bulan Juni turun 0,6% karena perayaan Queen's Jubilee, membuat beberapa bank harus libur ekstra. Queen's Jubilee adalah perayaan yang menandai pemerintahan Ratu Elizabeth II yang telah menjadi pemimpin Kerajaan Inggris selama 70 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, pengamat memprediksi hari libur bank untuk pemakaman kenegaraan Ratu Elizabeth pada 19 September, serta 10 hari berkabung nasional, dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga mendorong Inggris jatuh ke dalam resesi yang lebih cepat.

Melansir dari BBC, Selasa (13/9/2022), bulan lalu, Bank of England memprediksi jika Inggris akan jatuh ke dalam resesi di akhir tahun ini.

ADVERTISEMENT

Apalagi, selepas wafatnya Ratu Elizabeth II potensi resesi Inggris bisa menjadi lebih cepat. Pasalnya hari libur di Inggris bakal lebih banyak terkait hari berkabung nasional.

3. Jerman

Negara ketiga yang terancam resesi adalah Jerman. Jerman disebut telah menyiapkan dana tambahan € 65 miliar atau Rp 962 triliun (kurs Rp 14.800) untuk mengantisipasi kenaikan harga energi. Namun dana tersebut diprediksi tidak mampu menyelamatkan jerman dari jurang resesi.

Jika dijumlahkan, setelah dana tambahan tersebut Jerman telah mengalokasikan total € 95 miliar untuk menekan inflasi sejak perang Rusia dan Ukraina dimulai pada Februari. Sementara, pemerintah menghabiskan € 300 miliar untuk menopang ekonominya selama dua tahun pandemi COVID-19.

"Paket bantuan ketiga tidak banyak mengubah fakta bahwa Jerman kemungkinan akan meluncur ke dalam resesi di musim gugur," kata Kepala Ekonom Commerzbank Joerg Kraemer kepada Reuters beberapa waktu lalu.

Kepala Ekonom ING Carsten Brzeski menyebut, Jerman kemungkinan gagal untuk menyelamatkan ekonominya dari resesi menggunakan dana tambahan tersebut.

Keputusan Rusia untuk berhenti mengirimkan gas melalui pipa Nord Stream 1 menambah kesengsaraan Jerman. Padahal, kapasitas penampungan gas Jerman terisi hingga 85% pada Sabtu lalu.

Ditambah lagi perang di Ukraina, berdampak pada lonjakan harga energi, pandemi dan gangguan pasokan sekarang mendorongnya semakin jatuh. Sebuah survei menunjukkan, sektor jasa Jerman mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut di Agustus karena permintaan domestik yang rendah akibat inflasi yang melonjak dan kepercayaan yang goyah.


(dna/dna)

Hide Ads