Perubahan iklim merupakan ancaman nyata yang lebih mengerikan dari pandemi COVID-19. Dampak yang ditimbulkan tidaklah main-main termasuk kepada perekonomian.
Hal itu dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara HSBC Summit 2022 bertema 'Powering the Transition To Net Zero: Indonesia's Pathway for Green Recovery', yang disiarkan secara online, Rabu (14/9/2022).
"Perubahan iklim adalah ancaman global yang sebenarnya yang berpengaruh pada kehidupan sosial, ekonomi dan lebih signifikan mempengaruhi dunia lebih dari pandemi COVID-19," kata Sri Mulyani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani mengatakan perubahan iklim bisa menggerus potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 3,45% dari produk domestik bruto (PDB) pada 2030. Pada 2023 diperkirakan kerugian ekonomi akibat krisis iklim ini mencapai Rp 112,2 triliun atau 0,5 % dari PDB.
"Diperkirakan potensi kerugian ekonomi Indonesia akibat perubahan iklim ini sekitar 0,6-3,45% dari PDB pada 2030. Jadi dokumen kebijakan kami menyebutkan bahwa kerugian ekonomi akibat krisis iklim ini akan mencapai Rp 112,2 triliun atau 0,5 % dari PDB pada 2023, yaitu tahun depan," tuturnya.
Sri Mulyani menekankan target menurunkan emisi maupun netralitas karbon pada 2050 menjadi penting dan mendesak. Pasalnya, perubahan iklim dikhawatirkan memicu krisis yang jauh lebih 'mengerikan' dibandingkan sebelumnya.
"Kita semua menyadari perubahan iklim, atau mungkin lebih tepat disebut sebagai krisis iklim ini memberikan ancaman berat bagi umat manusia, ekonomi, sistem keuangan dan cara hidup kita," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan upaya pemimpin dunia dalam mempercepat target penurunan emisi karbon sempat tertahan pada tahun lalu karena pandemi COVID-19. Kini diharapkan tak ada lagi alasan karena langkah strategis harus ditempuh.
"Secara bertahap, akan ada tekanan inflasi yang dapat timbul dari menurunnya gangguan rantai pasok nasional dan internasional, akibat perubahan iklim seperti banjir dan badai," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani membeberkan Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan level permukaan air laut sekitar 0,8-1,2 cm per tahun. Dari 2010-2018, tingkat emisi gas rumah kaca meningkat 4,3% setiap tahun dan suhu rata-rata meningkat 0,03 derajat celcius setiap tahun.
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen memerangi perubahan iklim lewat perjanjian Paris Agreement dengan mengurangi 29% emisi CO2 dengan upaya sendiri dan 41% dengan dukungan Internasional pada 2030. Dengan begitu diharapkan bisa mencapai net zero emission (NZE) atau netral karbon pada 2060.
Lihat juga video 'Waspadai Hujan Intensitas Lebat di Padang dan Pekanbaru, Cek Kota Lainnya di Sini!':