Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menetapkan postur belanja negara sementara 2023 sebesar Rp 3.061,2 triliun. Hal ini sudah disepakati oleh Badan Anggaran DPR RI.
Besaran postur belanja negara itu berbeda dengan yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Pidato Nota Keuangan di Gedung MPR/DPR pada 16 Agustus 2022 sebesar Rp 3.041,7 triliun. Terdapat kenaikan Rp 19,4 triliun.
"Belanja negara naik Rp 19,4 triliun mencapai Rp 3.061,2 triliun. Untuk belanja K/L Rp 993,2 triliun tidak ada perubahan," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Banggar DPR RI terkait Penetapan Postur Sementara RUU APBN 2023 berdasarkan Hasil Panja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan, Rabu (14/9/2022).
Sri Mulyani menjelaskan tambahan belanja negara Rp 19,4 triliun untuk belanja non K/L yang ditambah Rp 16,4 triliun menjadi Rp 1.253,3 triliun. Di dalamnya ada subsidi energi ditambah Rp 1,3 triliun menjadi Rp 212 triliun, cadangan anggaran pendidikan ditambah Rp 3,9 triliun menjadi Rp 63,5 triliun, dan tambahan belanja non pendidikan Rp 11,2 triliun. Transfer ke daerah juga diusulkan penambahan Rp 3 triliun menjadi Rp 814,7 triliun.
Postur belanja negara naik dibarengi dengan pendapatan negara yang juga ditarget naik Rp 19,4 triliun menjadi Rp 2.463 triliun. Kenaikan terbesar berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yakni Rp 15,1 triliun menjadi Rp 441,4 triliun.
Sri Mulyani juga menargetkan penerimaan perpajakan naik Rp 4,3 triliun menjadi Rp 2.021,2 triliun. "Penerimaan pajak mencapai Rp 1.718 triliun atau Rp 2,9 triliun lebih tinggi, bea dan cukai akan mencapai Rp 303,2 triliun atau naik Rp 1,4 triliun," ujarnya.
Dengan begitu, defisit APBN 2023 diperkirakan Rp 598,2 triliun atau 2,84% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini dikarenakan belanja negara lebih besar dibanding pendapatan.
"Persentase defisit dari APBN 2023 nominalnya sama yaitu Rp 598,2 triliun, namun dalam persentase terhadap PDB menurun jadi 2,84% dari yang tadinya kita usulkan 2,85% dari PDB. Jadi kenaikan belanja dengan perubahan GDP dari sisi presentase tetap mengalami penurunan," tandasnya.
(aid/ara)