Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan memang kondisi perekonomian 2023 masih sangat berisiko. Ketegangan geopolitik termasuk perang Ukraina dan Rusia diprediksi masih berlangsung dan menyebabkan hambatan pada rantai pasok global.
Krisis energi dan kenaikan harga pangan masih akan terjadi dan mengerek inflasi tinggi. Sementara respons kebijakan moneter global seperti menaikkan bunga acuan bisa menyebabkan tertahannya pertumbuhan ekonomi yang berpotensi menyebabkan resesi di berbagai negara.
"Kondisi ini tentu saja akan berdampak ke Indonesia dan seharusnya menjadi pertimbangan untuk tidak menaikkan BBM subsidi yang bisa mengganggu stabilitas ekonomi makro dan juga politik," kata dia saat dihubungi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan saat ini harga BBM subsidi di Indonesia memang sudah dinaikkan dan menimbulkan protes di mana-mana. Menurut dia pemerintah harus berupaya untuk segera menghentikan kegaduhan ini.
"Apabila sampai dengan akhir tahun kegaduhan aksi penolakan kenaikan BBM ini bisa dihentikan, Indonesia berpeluang terhindar dari resesi pada tahun 2023," jelas dia.
"Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi," kata Presiden Bank Dunia David Malpass.
(hns/hns)