Ini Dia Sosok Bos Besar Alfamart, Konglomerat Berharta Rp 50,7 Triliun

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Selasa, 20 Sep 2022 13:39 WIB
Alfamart/Foto: Dok. Alfamart
Jakarta -

Siapa di antara detikers yang sering belanja ke Alfamart? Sebagai salah satu minimarket yang sangat terkenal di Indonesia, rasanya sudah banyak orang yang pernah berbelanja di Alfamart.

Sebab, toko Alfamart sendiri sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan, jaringan toko Alfamart dan juga Alfamidi kini nyaris sudah ada di semua sudut kota dan juga kabupaten bahwa kecamatan.

Bahkan sebagai salah satu jaringan ritel terbesar di Indonesia, selama tahun 2021 Alfamart telah melayani lebih dari 4,2 juta pelanggan di lebih dari 16.492 gerai dengan 32 gudang yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, selama tahun 2021 Alfamart membuka 1.058 gerai baru di seluruh Indonesia.

Jadi, hampir semua masyarakat Indonesia pernah berbelanja di minimarket tersebut. Lantas siapa sih sosok pendiri raksasa jaringan minimarket tersebut?

Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah Djoko Susanto. Ya, Djoko Susanto adalah pemilik dari Alfamart, salah satu jaringan ritel yang tersebar di berbagai wilayah hingga pelosok Indonesia.

Meski demikian, Alfamart yang berada di bawah naungan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk itu kini berada di bawah pengawasan kedua anak Djoko yakni Feny Djoko Susanto sebagai Presiden Komisaris, dan Budi Djoko Susanto sebagai Komisaris.

Nama Djoko Susanto sendiri masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Terbaru, Forbes Real Time Billionaires (20/9/2022) mencatat harta kekayaannya mencapai US$ 3,5 miliar atau setara Rp 50,75 triliun (kurs Rp 14.500/dolar AS). Hartanya ini tak ia dapat dengan mudah begitu saja.

Djoko merupakan anak ke-6 dari 10 bersaudara. Di balik kesuksesannya sebagai bos ritel, ia hanya mengenyam pendidikan dasar saja karena memilih menjaga kios keluarganya di Pasar Arjuna, Jakarta.

Pada umur 17 tahun, Djoko mulai mengelola warung-warung makanan. Dia juga menjajakan rokok dan membuka beberapa warung kelontongan lagi. Usaha dalam bisnis kelontong berjalan baik, hingga sukses membuka 560 gerai yang tersebar di berbagai pasar tradisional.

Namun apa daya usahanya tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Pada 1976 musibah kebakaran membuat kios Djoko di wilayah pasar Arjuna terbakar, hingga modal 80-90% miliknya habis begitu saja.

Pengalaman itu lantas tidak menghentikan langkah Djoko, ia mulai bangkit dari keterpurukan di waktu yang relatif singkat. Hingga usaha balik seperti keadaan awal dan mengembangkan inovasi lain yaitu, dengan berjualan rokok. Menurutnya kala itu rokok menjadi barang yang selalu laku dan banyak peminatnya.

Keberhasilan Djoko merangkul banyak pelanggan menarik perhatian Putera Sampoerna yang memiliki perusahaan tembakau dan cengkeh terbesar di tanah air kala itu. Mereka bertemu tahun 1980 dan 5 tahun kemudian mereka sepakat untuk bekerja sama. Akhirnya 15 kios rokok berhasil dibuka di Jakarta.

Kesuksesannya membuka beberapa jaringan warung ini menarik perhatian taipan pengusaha rokok Putera Sampoerna.

Keduanya akhirnya bekerja sama membuka beberapa toko dan supermarket. Ketika Putera Sampoerna menjual bisnis rokoknya ke Philip Morris, Djoko fokus mengembangkan bisnis ritelnya.

Simak juga Video: Seputar Kleptomania yang Dikaitkan Aksi Wanita Curi Cokelat di Alfamart






(fdl/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork