Jeritan Pedagang Glodok City yang Terancam Bangkrut Menunggu Sewa Habis

Jeritan Pedagang Glodok City yang Terancam Bangkrut Menunggu Sewa Habis

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 23 Sep 2022 15:23 WIB
Glodok City Sepi
Foto: Glodok City Sepi (Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom)
Jakarta -

Sejak pandemi COVID-19 melanda Glodok City kini sepi 'bak kuburan'. Kondisi ini membawa keresahan bagi para pemilik gerai di dalamnya.

Bagaimana tidak, modal waktu, tenaga, hingga uang telah mereka keluarkan demi mempertahankan usahanya. Sayangnya, tidak semua pedagang mampu bertahan dari terjangan badai pandemi yang menyebabkan pusat perbelanjaan itu sepi pengunjung.

Terpantau oleh detikcom di lokasi, Jumat (23/09/2022), kertas-kertas pengumuman di depan beberapa gerai yang kini tutup. Mulai dari 'dijual/disewakan', hingga penyegelan bertuliskan 'ditutup sementara' dari PD Pasar Jaya akibat masalah administrasi atau nunggak bayar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlah gerai tutup pun bertambah dari waktu ke waktu. Banyak pula pedagang yang kini kebingungan dengan nasibnya ke depan. Salah seorang pemilik toko service PlayStation di sana kini tengah merasakan dilema itu.

Ia yang telah berjualan di Glodok City selama 6 tahun itu kebingungan dengan kondisi kawasan tersebut saat ini. Bagaimana tidak, semenjak pandemi melanda, omsetnya menukik tajam.

ADVERTISEMENT

"Bukan turun beberapa persen lagi (omset), hampir 80% nggak ada sekarang. Sekarang kalau disebut untuk kebutuhan keluarga, kalau disebut kurang ya bisa kurang," ungkapnya kepada detikcom.

Bahkan, ia telah coba merambah ke sektor online, namun tidak membuahkan hasil yang signifikan. Kondisinya sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. Jumlah pendapatannya kini pas-pasan dengan biaya hidupnya yang harus bayar sewa tempat tinggal.

"Saya buka juga online. Tapi coba aja ini lihat, saya packing cuman satu. Ini juga syukur ada. Istilahnya kadang buat keluarga, bayar kos aja udah susah," katanya.

Oleh karena itu, ia berencana untuk tidak melanjutkan sewanya dan menunggu sampai kontraknya habis di bulan Desember nanti. Walaupun tidak ada pengunjung yang datang, ia masih rutin mengunjungi lapaknya. "Istilahnya dua hari tiga hari, bahkan kadang-kadang empat-lima hari nggak dapet pelanggan," katanya.

Hingga saat ini, ia masih kebingungan dengan langkah apa yang akan dilakukan setelahnya. Kini, ia pasrah dengan nasibnya ke depan.

"Saya terus terang ke sini tuh cuman numpang makan sama ngopi sama ngobrol aja. Dari pada jenuh di kosan. Siapa tau ada rejeki orang lewat. Itu aja sebenernya kalau untuk sekarang," jelasnya.

Di masa-masa jayanya dulu, ia bahkan membuka dua gerai yang bersebelahan karena pengunjungnya terbilang ramai. Namun kala pandemi melanda, ia terpaksa menutup satu tokonya karena tidak kuat membayarnya. Kini, ia harus membayar sewa di kisaran Rp 450 ribu per bulannya.

"Saya dulu buka dua kios ini, sekarang satu saja udah susah. Istilahnya untuk pengunjung itu dulu mereka bisa ngantri sampai 4-5 orang. Sekarang? Satu aja bisa nggak ada," katanya.

"Dulu saya, datang dari pagi nyiapin online, dapet tuh 30. Udah beres service, udah ada yang nungguin. Kaya gitu. Sekarang beda, udah beda," tambahnya.




(das/das)

Hide Ads