Sri Mulyani Ingatkan Bunga Naik Berujung Resesi, Tandanya Sudah Kelihatan Nih

Sri Mulyani Ingatkan Bunga Naik Berujung Resesi, Tandanya Sudah Kelihatan Nih

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 26 Sep 2022 16:32 WIB
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti pernyataan Bank Dunia (World Bank) yang menyebut resesi akan terjadi pada 2023. Hal itu bisa nyata karena bank sentral di seluruh dunia kompak secara agresif menaikkan suku bunga.

"Bank Dunia sudah menyampaikan kalau bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan bersama-sama, maka dunia pasti mengalami resesi di 2023. Inilah yang sekarang sedang terjadi yaitu kenaikan suku bunga oleh bank sentral terutama di negara-negara maju secara cukup cepat dan ekstrem dan itu pasti akan memukul pada pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa secara virtual, Senin (26/9/2022).

Pengetatan suku bunga yang dilakukan negara maju untuk menjinakkan inflasi. Kondisi ini diikuti oleh koreksi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sri Mulyani menyebut pelemahan ekonomi global sudah mulai terlihat dari aktivitas Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur global yang turun dari 51,1 ke 50,3 pada Agustus 2022.

ADVERTISEMENT

Dari negara-negara G20 dan ASEAN-6, hanya 24% saja yang aktivitas manufakturnya masih di level ekspansi dan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Mereka adalah Indonesia, Thailand, Filipina, Rusia, Vietnam dan Arab Saudi.

"Hanya 24% dari negara G20 dan ASEAN-6, artinya mayoritas melambat dan kontraksi. Indonesia dengan kelima negara yang lain masih pada level yang akseleratif. Ini hal yang cukup positif tapi kita juga sangat menyadari lingkungan global kita mengalami pelemahan," tuturnya.

Satu-satunya negara yang mengalami peningkatan dari kontraksi menjadi ke level ekspansi adalah Prancis. Sisanya 32% negara mengalami perlambatan dan 40% negara mengalami kontraksi.

"32% yaitu negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, India, Malaysia, Brazil, Australia, Singapura, dan Afrika Selatan PMI-nya mengalami perlambatan atau kondisinya turun levelnya dari bulan sebelumnya. Bahkan 40% negara Eropa, Jerman, Italia, Inggris, Tiongkok, Korea Selatan, Kanada, Meksiko, Spanyol dan Turki sekarang PMI-nya sudah masuk kepada level kontraksi," imbuh Sri Mulyani.

(aid/ara)

Hide Ads