Cuan! Petani di Jagoi Babang Pernah Untung Rp 17 Juta/Kg Sarang Walet

Tapal Batas

Cuan! Petani di Jagoi Babang Pernah Untung Rp 17 Juta/Kg Sarang Walet

Dea Duta Aulia - detikFinance
Rabu, 28 Sep 2022 14:56 WIB
Petani Sarang Burung Walet
Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
Bengkayang -

Sarang burung walet atau yang kerap disebut 'emas putih' merupakan salah satu komoditas ekspor dengan nilai transaksi yang cukup menggiurkan. Harganya yang tergolong mahal ini membuat banyak orang beralih profesi untuk menjadi petani sarang burung walet.

Tak hanya di Jawa saja, upaya untuk mendulang cuan dari sarang burung walet juga dilakukan di daerah perbatasan negara seperti di Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Salah satu petani sarang burung walet yang mengembangkan usahanya di kawasan tersebut yakni pasangan suami istri Sarno dan Sukarni.

Sarno bercerita awalnya dirinya tidak mengetahui bahwa di Jagoi Babang ada burung walet. Namun semenjak seorang temannya main ke rumahnya, ia diberi tahu bahwa di kawasan tersebut banyak terdapat burung walet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya saya nggak tau burung yang terbang di atas itu walet. Teman saya ngasih tau bahwa yang terbang itu adalah walet," kata Sarno saat ditemui oleh detikcom di Jagoi Babang beberapa waktu lalu.

Berangkat dari informasi tersebut, ia memutuskan untuk memulai menjadi petani sarang walet sejak 2011 lalu. Sang istri Sukarni mengatakan suaminya begitu serius dalam membangun usahanya tersebut. Bahkan sang suami rela untuk membeli buku terkait sarang walet di Pontianak.

ADVERTISEMENT

Adapun jarak antara Jagoi Babang ke Pontianak cukup jauh. Dari Jagoi Babang ke Pontianak bisa ditempuh dengan perjalanan darat kurang lebih 7 jam (jalur darat/udara?). Setelah mendapatkan buku yang dicari, sang suami pun mencoba mempelajari detail usaha tersebut.

"Kita merintis sampai sekarang. itu ceritanya saya tuh nggak punya uang sama sekali. Bapak cari buku walet di Pontianak," kata Sukarni.

Berangkat dari buku itu lah, pasangan tersebut kemudian memutuskan untuk membuat bangunan untuk burung walet agar bersarang di tempat tersebut.

"Awalnya beli batu dulu, lalu ada uang beli pasir, ada uang lagi dibikin bangunan kecil," katanya.

Bersambang ke halaman selanjutnya. Langsung klik

Sukarni mengatakan mereka punya cara unik untuk memanggil burung walet agar mau bersarang di tempatnya, salah satunya dengan menyalakan rekaman suara burung walet melalui speaker. Menurutnya, cara tersebut tergolong ampuh untuk memanggil burung walet agar bersarang di tempatnya.

"Waletnya dikasih suara untuk mancing biar masuk pakai speaker. Itu awal kosong terisi walet langsung ada masuk 1-3 burung terus abis itu lama-lama kok banyak yang masuk," katanya.

Di tahun-tahun awal merintis, menurutnya, usaha sarang burung waletnya belum menghasilkan 'emas putih'. Pasalnya sekali panen dirinya hanya bisa mendapatkan 1-2 ons saja.

"Sampai 1 tahun baru kita mulai panen tapi nggak banyak 1 ons 2 ons," katanya.

Ia menambahkan pengembangan bisnis sarang burung walet miliknya tidak terlepas dari bantuan modal usaha yang dikucurkan oleh Bank BRI. Pasalnya pasangan suami istri tersebut kerap melakukan pinjaman ke Bank BRI melalui mekanisme nasabah biasa untuk mengembangkan usaha.

Petani Sarang Burung WaletPetani Sarang Burung Walet Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

"Saya itu alhamdulillah bisa dapat pinjaman dari Bank BRI," jelasnya.

Dari modal itu lah, ia putarkan kembali agar bisnis sarang waletnya agar bisa menghasilkan cuan. Ia mengatakan tahun ke tahun pendapatan dirinya dan suami dari sarang walet terus mengalami kenaikan.

"Omzetnya murah pertama (dulu) saya dapat 2,3 juta 1 kilo. Terus harga walet naik dari Rp 2,5 juta terus ke Rp 3 juta, naik Rp 6 juta, Rp 10 juta, Rp 11 juta, sampai Rp 17 juta per kilo. Total paling besar dapat 17 juta per kilo ketika masa jaya walet," kata Sukarni.

Meskipun sempat menembus harga Rp 17 juta per kilo, ia menuturkan harga sarang walet saat ini sedang turun. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan harga sarang burung walet terus mengalami penurunan. Pada 2020 misalnya, turunnya harga sarang walet disebabkan karena dampak dari pandemi COVID-19.

Eksportir terkendala mengekspor sarang burung walet ke China karena banyak penerbangan ke China ditutup. Selain itu, merebaknya penyakit itu berimbas pada tingkat permintaan di China.

Bersambung ke halaman selanjutnya. Langsung klik

Sukarni menjelaskan pihaknya mampu menghasilkan 2 kg sarang burung walet sekali panen. Dalam hitungan 2 bulan dirinya bisa memanen sarang burung walet sampai dengan 3 kali. Adapun harga walet sekarang per kg-nya bisa mencapai Rp 8,5-9 juta.

Tingginya harga tersebut tidak terlepas dari kemampuan pasangan suami istri tersebut dalam menjaga setiap kualitas sarang burung waletnya. Menurutnya, sarang walet yang habis dipanen tidak boleh langsung dijemur di matahari langsung. Sebab hal tersebut bisa membuat sarang walet kualitasnya menurun.

Tak hanya itu usahakan saat memanen sarang walet tidak boleh langsung dimasukkan ke plastik atau kantong. Sebab hal tersebut bisa membuat warna sarang burung walet berubah dan menurunkan kualitas.

Agar kualitas terjaga usahakan sarang burung walet yang baru dipanen diletakan di atas lemari. Menurutnya, area tersebut memiliki panas yang pas sehingga kualitas sarang walet bisa terjaga hingga berbulan-bulan.

Petani Sarang Burung WaletPetani Sarang Burung Walet Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

"Tak disimpan di tempat yang ada udaranya ditaruh di atas, tidak boleh dijemur itu. Ditaruh di atas lemari biar kering bagus. Itu bisa terjaga kualitasnya sampai 3-5 bulan," kata Sukarni.

Berkat kegigihan, pasangan suami istri tersebut kini telah memiliki sejumlah aset dan bisnis yang cukup menjanjikan seperti Toyota Fortuner, mobil double cabin, lahan sawit 2 hektar, dan Agen BRILink

"Alhamdulillah bisa membantu saya segala-galanya, bisa bangun walet, usaha, warung, sawit itu modalnya dari Bank BRI semua. Sawit tinggal yang saya tanam peribadi 2 hektar. Pinjam Bank BRI udah sering banget," tutupnya.

detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!


Hide Ads