Waduh! Pedagang Ngaku Ada Beras Ilegal dari Vietnam, Lebih Murah Rp 2.000

Waduh! Pedagang Ngaku Ada Beras Ilegal dari Vietnam, Lebih Murah Rp 2.000

Ilyas Fadhillah - detikFinance
Senin, 03 Okt 2022 13:20 WIB
Bulog dan Satgas Pangan Polda Metro Jaya mengecek harga beras di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat, Rabu (21/11/2018). Pengecekan harga ini demi menjaga stabilitas harga beras di pasaran.
beras/Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur mengatakan, masih ada beras selundupan yang masuk ke Indonesia. Pedagang bernama Billy itu menyebut beras selundupan masuk melalui pelabuhan di Batam, Provinsi Kepulauan Riau.

"Di Batam 90% (beras) selundupan. Dari Vietnam 90%," katanya di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Senin (3/10/2022).

Menurutnya kategori beras yang masuk ke Batam tidak ada pengkategorian beras khusus. Setelah sampai di Batam, barang disalurkan lagi ke beberapa wilayah, seperti ke daerah Jambi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jambi ada pelabuhan untuk menyelundupkan, Kuala Tungkal namanya," katanya menjelaskan.

Namun ia memastikan, beras selundupan tidak bisa masuk ke pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena ketatnya pengawasan oleh pemerintah.

ADVERTISEMENT

"Kalau Jakarta ketat sekali. Kalau untuk ke Jawa, 1 kilogram pun nggak berani mereka, pasti Presiden marah," ujarnya.

Ia mengklaim ada sekitar 500 ton beras selundupan yang masuk melalui pelabuhan Batam setiap hari. Harga beras tersebut bahkan disebut lebih murah Rp 2.000/kilogram. "Bedanya jauh, murah. yang jelas Rp 2 ribu/kilogram," ungkapnya.

Ie menambahkan, naiknya harga beras lebih disebabkan karena tingkat produksi yang kurang.

Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) buka suara soal permasalahan harga beras. Selain disebabkan faktor alam dan pendistribusian, tingginya harga beras saat ini disebabkan karena masuknya pihak swasta yang menguasai pasar.

"Tapi dengan bekembangnya swasta-swasta yang memproduksi beras dengan teknologi tinggi, pabrik, ini mereka menguasai. Dan sampai hari ini juga tidak ada pengendalian buat mereka. Mereka merusak harga di lapangan," ungkap Buwas.




(zlf/zlf)

Hide Ads