Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim impor komoditas jagung terus mengalami penurunan. Awalnya, impor jagung Indonesia bisa mencapai 3,5 juta ton, tapi kini 1 juta ton pun tak sampai.
Dia memaparkan dalam 7 tahun terakhir impor terus turun, sampai hari ini impor jagung di Indonesia hanya sebesar 800 ribu ton saja.
"Jagung itu sudah sekian tahun kita impor 3,5 juta ton per tahun. Dan sudah 7 tahun ini, sampai hari ini sudah anjlok impornya. Itu jadi 800 ribu ton per tahun saja," sebut Jokowi dalam acara Gerakan Kemitraan Inklusif UMKM Naik Kelas, Senin (3/10/2022).
Apa penyebab impor bisa turun? Jokowi membeberkan hal ini terjadi karena petani jagung ada yang mendampingi. Menurutnya para pengusaha besar di Indonesia banyak yang melakukan pendampingan kepada para petani jagung yang merupakan pengusaha kecil.
Kemitraan ini dapat membuat produktivitas jagung di Indonesia makin baik. Dia menyampaikan yang biasanya produksi cuma 4 ton per hektare, kini bisa mencapai 8 ton per hektare setelah ada kemitraan dengan pengusaha besar.
"Karena apa? Petani jagung ada yabg mendampinginya, petani jagung ada yang kawal. Biasanya 1 hektare hanya 4 ton sekarang 1 hektare bisa 8 ton," sebut Jokowi.
Jokowi juga membeberkan saat ini modal produksi jagung di tingkat petani juga makin murah, cuma di kisaran Rp 1.800-1.900 per kilogram. Sementara itu harga jualnya pun sudah untung 100%. Hal itu dia temui saat melakukan kunjungan ke Dompu, Nusa Tenggara Barat.
"Ongkos produksi paling Rp 1.800-1.900 itu yang saya tahu waktu kunjungan ke Dompu. Jualnya bisa Rp 3.800 per kilo. Untungnya sudah 100%," ungkap Jokowi.
Dia meminta sistem kemitraan semacam ini harusnya bisa dilakukan juga dengan petani yang menanam komoditas lainnya. Mulai dari padi sampai kopi.
"Ini jangan di jagung saja, Komoditas lain harus didampingi dengan pola yang sama. Kalau jagung bisa, padi harus bisa, singkong juga bisa, porang juga bisa, kopi juga bisa. Semua. Itu menjadi tugas perusahaan besar kita," ungkap Jokowi.
(hal/dna)