IMF Ingatkan Ekonomi 2023 Lebih 'Gelap', Guncangan Makin Banyak!

IMF Ingatkan Ekonomi 2023 Lebih 'Gelap', Guncangan Makin Banyak!

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 07 Okt 2022 13:39 WIB
Infografis 15 negara dalam bayang-bayang resesi
Foto: Infografis detikcom/Mindra Purnomo
Jakarta -

Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan prospek ekonomi global semakin gelap dan risiko resesi meningkat. Pihaknya akan kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2023.

"Kami memperkirakan negara-negara yang menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami setidaknya dua kuartal berturut-turut kontraksi tahun ini atau tahun depan," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva saat pidato di Georgetown University, Amerika Serikat (AS), dikutip dari website resmi IMF, Jumat (7/10/2022).

Bahkan Georgieva menyebut kondisi ekonomi akan seperti resesi, meskipun beberapa negara berhasil tumbuh positif. Pasalnya pendapatan riil telah menyusut dan harga-harga kompak naik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

IMF mengantisipasi bahwa dunia bisa kehilangan US$ 4 triliun dalam output ekonomi selama periode sekarang hingga 2026. Pertumbuhan ekonomi global diturunkan secara teratur oleh lembaga keuangan global tersebut menjadi 3,2% di tahun ini dan 2,9% di tahun depan.

"Itu akan diturunkan lagi ketika IMF merilis laporan World Economic Outlook terbaru minggu depan," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Georgieva menggambarkan dunia berada dalam periode kerapuhan bersejarah akibat krisis bertubi-tubi seperti pandemi COVID-19, perang berbulan-bulan di Ukraina, dan gelombang cuaca ekstrem yang telah mendorong lonjakan harga.

Oleh karena itu, IMF mendesak para pembuat kebijakan untuk tetap berada di jalur dalam memerangi inflasi. Di sisi lain, harus diingat bahwa pengetatan kebijakan moneter terlalu agresif dapat membawa dunia ke dalam resesi berkepanjangan.

"Pengetatan kebijakan moneter terlalu banyak dan terlalu cepat dapat mendorong banyak ekonomi ke dalam resesi yang berkepanjangan," ujar Georgieva.

Dia juga mendorong pemerintah untuk merespons dengan kebijakan fiskal yang ditargetkan dan sementara untuk membantu menopang masyarakat paling rentan tanpa menambah inflasi secara keseluruhan.

Dukungan itu disebut juga harus diperluas ke negara-negara berkembang dan negara-negara berpenghasilan rendah yang berisiko mengalami kesulitan utang dan kelaparan.

"Ketidakpastian tetap sangat tinggi dalam konteks perang dan pandemi. Mungkin (akan) ada lebih banyak guncangan ekonomi," tandasnya.

(aid/eds)

Hide Ads