Airlangga: Di Antara Negara G20, Ekonomi RI Nomor 2 Tertinggi Setelah Arab Saudi

Airlangga: Di Antara Negara G20, Ekonomi RI Nomor 2 Tertinggi Setelah Arab Saudi

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 11 Okt 2022 22:00 WIB
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melakukan serah terima mobil listrik yang dipinjamkan oleh PT Toyota Astra Motor. Nantinya mobil listrik ini digunakan untuk kendaraan pimpinan dan tamu-tamu negara dalam pertemuan KTT G20 di Bali pada November 2022 mendatang. Mobil listrik yang dipinjamkan merupakan jenis Lexus UX 300e sebanyak 143 unit.
Foto: Rifkianto Nugroho: Menko Perekonomian Airlangga Hartarto
Jakarta -

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi yang tertinggi kedua di antara negara-negara G20. Kedudukan Indonesia kedua setelah Arab Saudi

Sebagai informasi, anggota G20 di antaranya Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.

"Indonesia faktor eksternalnya masih sangat kuat. Sehingga Indonesia tidak termasuk dalam negara yang rentan terhadap masalah keuangan. Bahkan di antara negara G20, Indonesia adalah negara yang pertumbuhan ekonominya nomor 2 tertinggi setelah Saudi Arabia. Jadi, dari segi faktor eksternal Indonesia aman," kata Airlangga dalam keterangan pers yang disampaikan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (11/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Airlangga juga mengatakan dari kekuatan ekonomi internal Indonesia juga diyakini cukup kuat. Ia pun masih yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan mencapai 4,8% sampai 5,2%.

Hal itu disampaikan oleh Airlangga untuk mempertegas bahwa ekonomi Indonesia cukup kuat. Bahkan bukan termasuk dalam 28 negara yang masuk daftar pasien bantuan IMF.

ADVERTISEMENT

"Bapak Presiden juga menyampaikan IMF sudah ada 28 negara yang masuk untuk memperoleh bantuan IMF dan 14 sudah masuk ke 14 dalam proses. Dan tentu itu lebih besar daripada krisis di tahun 98 dimana krisis di tahun 98 itu di beberapa negara ASEAN," tutur Airlangga.

(ada/hns)

Hide Ads