Luhut Pastikan RI Tak Masuk Daftar Pasien IMF

Luhut Pastikan RI Tak Masuk Daftar Pasien IMF

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 12 Okt 2022 08:30 WIB
Poster
Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan (Foto: Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan Indonesia tidak termasuk 28 negara yang antre jadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF). Hal ini meneruskan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Tadi presiden sampaikan ada 28 negara sekarang yang sudah antre masuk IMF. Kita jauh dari itu," kata Luhut kepada wartawan di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10/2022).

Menurut Luhut, hal itu karena Indonesia optimis mampu menjaga ketahanan perekonomian pasca pandemi COVID-19. Optimisme dan menjaga kekompakan dinilai penting dalam menghadapi ketidakpastian global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau kita semua kompak, seperti yang presiden sampaikan tadi waktu kita tangani COVID pastilah kita juga bisa keluar dari sini. Jadi semua tergantung kita, harus optimis," tuturnya.

Sebelumnya, Jokowi mengingatkan bahwa kondisi krisis ekonomi global lebih sulit diprediksi dan penuh ketidakpastian. Orang nomor satu di Indonesia itu mendapat informasi dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang sedang berada di Amerika Serikat (AS), bahwa ada 28 negara sudah antre di IMF.

ADVERTISEMENT

"Tadi pagi saya mendapatkan telepon dari Menteri Keuangan dari Washington DC. Beliau menyampaikan sudah 28 negara antre masuk sebagai pasien IMF. Ini lah kondisi yang apa adanya harus saya sampaikan," ungkap Jokowi dalam pidatonya di Balai Sarbini Jakarta.

Jokowi mengatakan saat ini kondisi perekonomian global sedang di ambang ketidakpastian karena dipicu oleh pandemi COVID-19 hingga perang antara Rusia dan Ukraina.

"Artinya pandemi yang melanda semua negara itu mengakibatkan ekonomi global ini ambruk. Ditambah perang Rusia dan Ukraina. Sehingga krisis pangan, krisis energi dan krisis keuangan sekarang ini menghimpit semua negara," katanya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Sementara itu, menurut kabar yang diterima Jokowi dari lembaga-lembaga Internasional, 66 negara berada pada posisi yang rentan untuk kolaps. Bahkan 345 juta orang di 82 negara menderita krisis pangan.

"Sebagian di negara Eropa sudah mulai masuk ke resesi. Ini nanti masuk ke winter mereka akan kesulitan untuk mendapatkan pemanas dari gas. sehingga memang kondisi negara-negara di dunia betul-betul pada posisi yang sangat tidak mudah," kata Jokowi.

Kondisi ini berimbas pada naiknya inflasi secara global. Harga-harga barang mengalami kenaikan tetapi pertumbuhan ekonomi anjlok. Ditambah lagi, dari hasil kunjungannya bertemu Presiden Rusia dan Ukraina beberapa waktu lalu, Jokowi menyimpulkan perang masih akan berlanjut dalam waktu panjang.

"Dari pembicaraan 1,5 jam plus 2,5 jam saya menyimpulkan perang tidak akan usai dalam waktu yang dekat, masih panjang dan inilah yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi global," tambahnya.

Meski begitu, ada hal yang masih disyukuri Jokowi, yakni ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5,44% pada kuartal II-2022. Hal ini didukung oleh sistem ketahanan pangan yang baik dan swasembada beras di tahun 2019, ditandai dengan diperolehnya sertifikat dari International Rice Riset Institute (IRRI).

"Ini pertumbuhan ekonomi termasuk yang terbaik di dunia karena hal-hal yang fundamental, reformasi struktural, reformasi birokrasi, terus kita jalankan meskipun pandemi," ujarnya.


Hide Ads