Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20 kembali digelar 12-13 Oktober 2022 di Washington DC, Amerika Serikat (AS) dengan format hybrid. Ini merupakan pertemuan keempat atau terakhir sebelum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 15-16 November 2022 di Bali.
FMCBG keempat ini akan membahas lebih dalam terkait 6 agenda prioritas di jalur keuangan (finance track) meliputi pemulihan ekonomi global, arsitektur keuangan internasional, dan regulasi sektor keuangan. Berikutnya adalah terkait investasi di bidang infrastruktur, keuangan berkelanjutan, dan perpajakan internasional.
Sebelumnya, pertemuan FMCBG ketiga yang berlangsung pada 15-16 Juli 2022 di Bali berakhir tanpa adanya kesepakatan bersama karena 2 dari 14 paragraf di dalam dokumen G20 chair summary tidak menemui titik kesepakatan. Salah satunya persoalan perang Rusia dan Ukraina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam FMCBG terakhir ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap ada tindakan nyata yang disepakati bersama untuk menyelesaikan persoalan ekonomi global. Tantangan ekonomi global yang kompleks disebut tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu negara atau sekelompok negara tertentu bertindak sendiri.
"Kita harus bersatu dan tetap teguh dalam komitmen kita untuk menyelesaikan masalah ekonomi global yang paling mendesak. Dalam pertemuan kami hari ini dan besok, kami memiliki kesempatan terakhir di 2022 untuk memberikan tindakan nyata, untuk terus menunjukkan semangat multilateralisme, kerja sama," kata Sri Mulyani dalam sambutan pembukaan FMCBG ke-4 yang dilihat virtual, Kamis (13/10/2022).
Menurut Sri Mulyani, kepemimpinan yang kuat dan tindakan kolektif yang cepat diperlukan untuk melindungi mata pencaharian masyarakat rentan yang berada dalam bahaya. Dengan begitu dunia bisa kembali ke situasi pertumbuhan ekonomi yang kuat.
"Saya benar-benar percaya bahwa G20 adalah harapan yang dapat membantu dunia menavigasi gelombang krisis yang menghancurkan," tutur Sri Mulyani.
Keyakinan Sri Mulyani itu didasarkan pada sejarah keberhasilan G20 dalam merespons krisis keuangan global pada 1999. Terbaru lagi dalam memberikan aksi di masa pandemi COVID-19.
"Kita tahu bahwa ini tidak mudah mengingat keanggotaan G20 yang beragam. Kami akan selalu memiliki perbedaan dalam posisi, pandangan, dan pengalaman kami tentang banyak masalah penting. Namun perbedaan ini juga memungkinkan kami menemukan solusi inklusif terbaik untuk seluruh dunia," ucapnya.
(aid/das)