Wanti-wanti dari Pertemuan G20 di AS: Situasi Global Sulit-Risiko Resesi Meningkat

Wanti-wanti dari Pertemuan G20 di AS: Situasi Global Sulit-Risiko Resesi Meningkat

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 14 Okt 2022 03:54 WIB
Menkeu Sri Mulyani Indrawati
Foto: Tangkapan layar kanal YouTube Bank Indonesia: Menkeu Sri Mulyani Indrawati paparkan hasil pertemuan G20 di Amerika Serikat
Jakarta -

Situasi global diperkirakan tetap sulit pada 2022, bahkan diperkirakan berlanjut hingga 2023. Oleh karena itu dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dan tindakan kolektif dari G20.

Hal ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Hasil pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara anggota G20, yang ke-4, di Washington DC, Amerika Serikat (AS) waktu setempat.

"Kami memperkirakan situasi global akan tetap sulit, di sini, di tahun 2022 ini, mungkin berlanjut hingga 2023. Kita tidak boleh mengabaikan kemungkinan peningkatan risiko resesi. Jadi, tantangan ekonomi global yang kompleks ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat, dan tindakan kolektif dari G20," kata Sri Mulyani dikutip dari kanal YouTube Bank Indonesia, Jumat (14/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sri Mulyani menjelaskan, Forum G20 dapat berperan lebih besar untuk menangani bahaya tersebut karena merepresentasikan 85% ekonomi dunia. Apalagi, situasi ekonomi global yang cukup kompleks saat ini, tidak hanya menyangkut faktor ekonomi tetapi juga geopolitik, mengharuskan kerja sama antar negara-negara di dunia semakin kuat.

"Kerja sama lewat kebijakan yang terkoordinasi dan tersinkronisasi, karena ini menjadi sangat sulit bahwa situasi yang terfragmentasi, bagaimana kita dapat mengembangkan kebijakan makro ekonomi yang tepat, perpaduan antara kebijakan moneter fiskal dan struktural. Serta bagaimana kita dapat mencapai target bersama untuk perekonomian dan bagaimana kita bisa menjalankannya secara efektif," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Dalam kondisi ini, menurutnya pertemuan G20 menjadi sangat penting untuk terus dilanjutkan. Terlepas dari semua masalah global yang tengah terjadi, Sri Mulyani berharap dapat terus memperkuat koordinasi pada isu-isu yang sangat penting bagi stabilitas ekonomi global di antaranya kesejahteraan, termasuk krisis pangan dan energi. Hal ini menjadi salah satu komitmen yang dipegang.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, bank sentral G20 berkomitmen untuk meningkatkan kebijakan makro, serta berupaya meningkatkan kinerja dalam menghadapi tantangan global serta ancaman inflasi.

"Bank sentral G20 memiliki komitmen untuk mencapai stabilitas yang sesuai dengan mandat yang ada. Dan kita akan terus memantau dampak dari inflasi dan akan terus melakukan kalibrasi dari pengetatan kebijakan moneter," kata Perry.

Menurutnya, di saat kondisi ekonomi global menjadi lebih kompleks lagi, kebijakan tidak dapat hanya mengandalkan satu instrumen semata. Dalam hal ini, para pembuat kebijakan menghadapi tantangan untuk dapat menyeimbangkan antara pemulihan ekonomi dan mempertahankan stabilitas.

"Pada isu sektor keuangan G20 telah mendiskusikan dan melakukan mitigasi scarring effect di berbagai sektor keuangan. Bagaimana tindakan kebijakan global untuk meningkatkan pertahanan termasuk juga mengatasi limpahan lintas batas, mengidentifikasi kelompok rentan dalam intermediasi keuangan non-bank," jelasnya.

(hns/hns)

Hide Ads