Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saat ini menjadi bantalan di saat ekonomi sedang mengalami tekanan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bilang, APBN pun menemui banyak tantangan saat harus tetap berjalan untuk menjaga stabilitas ekonomi negara.
Dia menjelaskan APBN menjadi instrumen untuk mengatasi ancaman stabilitas. "Makanya waktu itu disebutkan APBN menjadi counter cyclical, gara-gara pandemi siklusnya jadi anjlok," kata dia dalam acara Bincang APBN, Jumat (28/10/2022).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menjelaskan APBN berupaya menyangga jatuhnya perekonomian agar tidak terlalu dalam dan bisa segera pulih. Namun baru selesai pandemi menurut WHO, muncul krisis baru yaitu kenaikan harga pangan, harga energi dan geopolitik yang meningkat. Hal ini menimbulkan disrupsi secara global.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulai dari tingginya harga pangan, energi, batu bara, CPO yang naik lebih dari dua kali lipat. Gandum, nikel yang semuanya menyebabkan inflasi tinggi.
Tak cuma itu ada juga tantangan dari perubahan iklim. Menurut dia, perubahan iklim ini adalah kegagalan mekanisme pasar yang terus menerus menghasilkan CO2 dalam kegiatan ekonomi.
"Mereka tidak sadar kalau dunia kebanyakan produksi CO2, dikatakan tahun 2100 kalau statusnya tetap seperti sekarang suhu bumi akan menjadi lebih hangat 2,6 derajat. Ini adalah level yang sudah melewati batas toleransi," jelas Sri Mulyani.
Karena itu masyarakat dunia harus berupaya untuk menjaga agar hal tersebut tidak terjadi. Pasalnya jika suhu bumi menghangat maka kutub utara dan selatan akan mencair dan permukaan air naik hingga pola musim berubah.
Hal ini bisa menyebabkan tanah longsor sampai banjir dan kekeringan yang berkepanjangan. Karena itu APBN bisa masuk sebagai penolong melalui carbon tax atau subsidi.
(kil/eds)