Arief meyakinkan kalau para perajin tempe dan tahu tidak perlu khawatir karena subsidi sebesar Rp 1.000 per kg akan terus digelontorkan. Sementara mengenai usulan subsidi hingga Rp 3.000 per kg, ia masih belum dapat memastikan.
"Perajin tahu tempe memang ada usulan dari mereka untuk memberikan subsidinya dari Rp 1.000 ke 3.000 tapi ini kita sampaikan sabar dulu lah. Tapi tetap kita sampaikan subsidi Rp 1.000 itu. Tentunya ini akan dikawal ketat oleh Kemenkop UKM," jelasnya.
Pihaknya telah menyiapkan stok 200 ribu ton kedelai. Dengan demikian masyarakat tidak perlu khawatir, apalagi melihat Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyebut angka kebutuhannya 20 ribu ton per bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Artinya nggak usah khawatir, perajin tahu tempe tetap mendapatkan subsidi sampai akhir tahun, 31 Desember," lanjutnya.
Hingga akhir tahun, total realisasi kedelai mencapai 2,5-3 juta ton, di mana realiasasi impornya sudah sekitar 700 ribu ton. Karena itulah, ia menyatakan stok kedelai aman.
"Untuk stok masih aman. Karena perintah presiden semua produk pangan, neraca pangan kita monitor. Jadi kalau sekarang cari tempe insyaallah ada, beras juga insyaallah ada. Bawang merah, bawang putih ada, cuma yang harus dikontrol adalah harganya," jelasnya.
Ia menekankan, pihaknya mencari kesetimbangan baru. Hal ini diharapkan dapat mencegah dampak secara langsung akibat biaya-biaya yang saat ini terpantau naik seperti harga BBM yang berimbas ke logistik, sehingga harga tidak langsung naik.
"Yang dimaksud kesetimbangan baru adalah karena fertilizer naik, ada biaya transportasi logistik dan lainnnya naik. Ini ada adjustment tetapi bukan berarti saat kenaikan misalnya BBM 20-30% langsung naik 30% (pangan) itu nggak. Ini hanya komponen dari sekian banyak komponen variabel yang ada," kata Arief.
(ara/ara)