Menerawang Peluang Ekspor di Tengah Bayang-bayang Resesi 2023

Menerawang Peluang Ekspor di Tengah Bayang-bayang Resesi 2023

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 09 Nov 2022 18:30 WIB
Bank Indonesia (BI) memprediksi neraca pembayaran Maret 2014 surplus pada kisaran US$ 500 juta. Surplus ini didorong peningkatan ekspor non migas, yang telah terjadi beberapa bulan terakhir.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Sektor ekonomi dunia dilanda ketakutan akan ancaman resesi dan pelemahan yang terjadi di tahun 2023. Meski ancaman telah banyak disuarakan, nampaknya pengusaha masih pede kinerja ekspor di Indonesia tahun depan tak akan terganggu dengan dampak resesi.

Ketua Umum DPP Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Khairul Mahalli dengan optimis menyatakan pihaknya mampu membuat kinerja ekspor di Indonesia akan meningkat tahun depan.

"Kami tak setuju soal statement tahun 2023 itu mencekam, ngeri katanya bakal ada krisis ekonomi global dan sebagainya. Kami dari GPEI hakul yakin ekspor akan naik," ungkap Khairul dalam sebuah acara di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Rabu (9/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia juga memaparkan data terakhir dari Badan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia mengalami kenaikan jika dibandingkan periode yang sama di 2021. Ekspor September 2022 jika dibandingkan September 2021 naik 20,28%.

Senior Vice President Insurance Head Indonesia Eximbank Marsinta Mutiara menambahkan memang ada beberapa sektor usaha yang belum optimal pertumbuhan ekspornya. Hal itu terjadi karena sektor tersebut belum pulih sepenuhnya dari hantaman COVID-19.

ADVERTISEMENT

Sektor tersebut macam industri tekstil, garmen, hingga sepatu. Namun, menurutnya pertumbuhan sektor tersebut tetap ada, hanya saja kecil sekali.

"Memang tidak semua aman, dari dulu, bahkan sebelum COVID dan sekarang masih recovery. Memang ada beberapa industri yang kita bilang sembuhnya pelan pelan. Tekstil, garmen, sepatu, itu industri yang sembuhnya pelan pelan. Bukan berarti jelek proyeksinya. Tapi recovery lambat," ujar Marsinta dalam agenda yang sama.

Marsinta bilang semua pihak harus hati-hati dengan adanya krisis, namun bukan berarti hilang arah dan optimisme. Di sisi eksportir, Marsinta bilang hal yang penting adalah pintar-pintar mencari pembeli di luar negeri.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Eximbank Indonesia sendiri memberikan layanan pendampinganan juga untuk para eksportir yang mau menjual produknya ke luar negeri.

"Memang ada krisis, its good untuk hati-hati. Tapi jangan takut semua. Dari sisi eksportir bagaimana kita pinter-pinter cari buyers-nya," kata Marsinta.

Andalan Ekspor 2023
Sampai saat ini, Khairul menyatakan sudah mulai banyak permintaan barang-barang dari Indonesia ke luar negeri. Dari Ethiopia misalnya yang meminta produk karet dari Indonesia dalam kontrak yang besar.

"Sampai detik ini, produk karet misalnya cuma 3 kita malaysia dan thailand. Ethiopia minta semua jenis ban, mobil dan truk itu mereka minta ke kita. Barang apapun mereka mau," ujar Khairul.

Belum lagi dari sisi energi, menurutnya ekspor batu bara akan menjadi primadona bagi Indonesia. Apalagi negara-negara di Eropa hingga akhir tahun banyak membutuhkan batu bara untuk memenuhi kebutuhan energinya. Tren ini diyakini bakal berlanjut tahun depan di tengah ketidakpastian perang Rusia dan Ukraina.

"Akhir tahun ini Eropa banyak gunakan batu bara maka tren akan meningkat," ungkap Khairul.

Yang tak kalah bagus prospeknya adalah sektor makanan, dia bilang rempah-rempah Indonesia saat ini sedang menjadi sorotan dunia. Dia menuturkan dari laporan yang dia dapatkan banyak sekali kontrak-kontrak rempah-rempah Indonesia ke beberapa negara di Eropa dan Asia Tenggara.

"Rempah-rempah ini kan bagaikan kebutuhan sehari-hari, bisa buat makan, buat diminum. Ini salah satu andalan kita," ujar Khairul.

Ada juga prospek bagus di industri pertanian dan peternakan. Dia mencontohkan, di Malaysia misalnya, sampai saat ini negara tersebut masih berkutat dengan penyakit kuku dan mulut (PMK) pada hewan ternak, nah pengusaha Indonesia mengambil peran untuk memenuhi kebutuhan ternak ke sana.

"Malaysia itu belum bebas PMK, kambing kita itu rata-rata per Minggu yang dari Sumatera Utara via Tanjung Balai itu 200 ekor minimal itu," papar Khairul.

Sektor perikanan juga menjadi andalan, Khairul mengungkapkan Indonesia punya hasil laut tuna kelas satu dunia. Sudah banyak sekali tuna hasil tangkapan di timur Indonesia terbang ke Jepang.

"Tuna kita punya itu kelas satu dunia, di timur itu dari Papua dan Maluku kita ekspor ke Jepang. Ke Fukoka, Tokyo, sampai Osaka," pungkas Khairul.


Hide Ads