Rusia Resmi Resesi!

ADVERTISEMENT

Rusia Resmi Resesi!

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 17 Nov 2022 08:28 WIB
People attend a concert marking the declared annexation of the Russian-controlled territories of four Ukraines Donetsk, Luhansk, Kherson and Zaporizhzhia regions, after holding what Russian authorities called referendums in the occupied areas of Ukraine that were condemned by Kyiv and governments worldwide, in Red Square in central Moscow, Russia, September 30, 2022. Sputnik/Maksim Blinov/Pool via REUTERS ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY.
Foto: Sputnik/Maksim Blinov/Reuters
Jakarta -

Rusia dilaporkan telah resmi masuk jurang resesi. Hal ini disebabkan oleh produk domestik bruto (PDB) negara adidaya tersebut turun 4% pada kuartal ketiga 2022 ini.

Dilansir dari The Moscow Times, Kamis (17/11/2022), informasi tersebut berdasarkan dari estimasi yang diterbitkan oleh badan statistik nasional, Rosstat, pada Rabu kemarin.

Secara umum, resesi sendiri diartikan dengan melemahnya ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun. Penurunan PDB ini serupa dengan kontraksi 4% pada kuartal kedua, akibat sanksi Barat menghantam ekonomi Rusia, menyusul serangan Moskow di Ukraina.

Kontraksi tersebut didorong oleh penurunan perdagangan grosir sebesar 22,6% dan penurunan perdagangan ritel sebesar 9,1%. Namun sisi baiknya, konstruksi Rusia tumbuh sebesar 6,7% dan pertanian sebesar 6,2%. Rosstat juga mencatat, tingkat pengangguran Rusia mencapai 3,9% pada September lalu.

Sebelumnya, pada 8 November kemarin, bank sentral Rusia telah sempat memperkirakan, produk domestik bruto (PDB) akan berkontraksi sebesar 3,5% di tahun ini. IMF dan Bank Dunia masing-masing juga telah memperkirakan penurunan PDB Rusia sebesar 3,4% dan 4,5%.

Di sisi lain, perlu diketahui, Rusia terakhir kali mengalami resesi teknis pada akhir 2020 dan awal 2021 saat dunia mengalami pandemi virus Corona. Ekonomi Rusia pun bernasib baik pada awal 2022 dengan peningkatan PDB sebesar 3,5%.

Namun, dimulainya serangan Ukraina memicu serangkaian sanksi dari Barat. Akhirnya, pembatasan ekspor dan impor, kekurangan staf, dan masalah pasokan suku cadang membebani perekonomian Rusia.

Setelah Rusia terkena sanksi Barat atas serangan Ukraina, bank secara drastis menaikkan suku bunga acuan dari 9,5% menjadi 20% dalam upaya untuk melawan inflasi dan menopang rubel.

Lalu yang mengejutkan, pada bulan Oktober lalu, bank sentral Rusia mempertahankan suku bunga utamanya pada 7,%. Ini adalah pertama kalinya sejak awal serangan militer di Ukraina tingkat suku bunga tetap tidak berubah.

Berkaitan dengan hal itu, Gubernur Bank Rusia Elvira Nabiullina mengatakan, pihaknya tidak berencana mengubah suku bunga hingga akhir tahun, sebagai tanda 'adaptasi' ke "realitas baru.

Lihat juga video 'NATO Tetap Salahkan Rusia atas Rudal yang Hantam Polandia':

[Gambas:Video 20detik]



(zlf/zlf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT