Menurut pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah menduga salah satu pemicu kericuhan adalah saling berebut tampuk kekuasaan di Hipmi. Makanya ada beberapa kubu yang memanas.
"Ini semua terjadi karena rendahnya mentalitas para calon dan pendukungnya di sana. Ini kayak mengejar kekuasaan dan memperebutkan arogansi," ungkap Trubus saat dihubungi detikcom.
Menurutnya, menjadi orang tertinggi di Hipmi bagaikan menjadi jalan emas bagi pengusaha dan golongannya melanggengkan bisnisnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terakhir ini kayak menjadi jalan satu-satunya meraih impian seperti jadi menteri atau apa. Ini kayak jalan emas, jalan sutra untuk menuju ke sana," ujar Trubus.
Hipmi Jadi Kendaraan Politik
Trubus juga menyinggung soal kedekatan petinggi Hipmi dengan lingkaran kekuasaan pemerintah. Apalagi, latar belakang Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun dulunya merupakan pengusaha.
Bisa jadi Jokowi memberikan beberapa jabatan strategis ke petinggi Hipmi, hal ini sudah terjadi kepada Bahlil Lahadalia yang dulunya Ketua Hipmi kini jadi Menteri Investasi.
"Saya lihat seperti itu memang, karena pak Jokowi juga kan latar belakangnya pengusaha. Mungkin dia prefer ke mereka para pelaku usaha, seolah mereka dapat karpet merah untuk masuk ke kekuasaan itu," ungkap Trubus.
Paling minim, kalaupun tak bisa masuk lingkaran pemerintah. Pengusaha bisa mendapatkan kemudahan akses untuk melobi- lobi kepentingan bisnisnya.
"Atau kalau nggak masuk pemerintah ya ibaratnya dapat kemudahan akses lobi, mungkin akses ke pendanaan, akses ke kaitan bisnis dan usahanya itu," ungkap Trubus.
Intinya, Trubus menilai Hipmi bagaikan menjadi kendaraan politik bagi pengusaha untuk mensukseskan bisnisnya. Bahkan, dia menduga orang-orang yang ikut kontestasi pimpinan Hipmi hanya mengincar kekuasaan bukan untuk memajukan organisasinya.
"Saya lihat mereka ini kayak sebenarnya sengaja bukan mau urus organisasinya, organisasi Hipmi itu ya kendaraan aja. Mereka maju bukan untuk besarkan Hipmi untuk berperan ke kebutuhan ekonomi nasional, atau berperan terhadap masyarakat agar memperoleh istilahnya kebutuhan sehari-hari yang terjangkau murah," papar Trubus.
"Ini lebih kayak wahana politik aja, kebutuhan untuk ambisi-ambisi kekuasaan aja," tegasnya.
Simak Video "HIPMI XVII Solo Ricuh, Sejumlah Peserta Adu Jotos"
[Gambas:Video 20detik]
(hal/zlf)