Aksi protes berkepanjangan di China menentang kebijakan zero COVID-19 memberikan sinyal buruk bagi perekonomian. Hal tersebut membuat harga minyak turun dan saham perusahaan yang beroperasi di Negeri Tirai Bambu terkena imbasnya.
Dikutip dari CNN, Rabu (30/11/2022), saham Apple turun 2,6% menyusul laporan adanya kerusuhan di salah satu pabriknya yang dapat mengakibatkan iPhone Pro berkurang 6 juta tahun ini.
China telah menerapkan kebijakan zero COVID-19 yang kontroversial dan telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat dan membebani perekonomian. Ketika kondisi parah, seluruh kota ditutup. Shanghai ditutup selama dua bulan musim semi ini dan Chengdu lockdown pada musim gugur.
Orang-orang yang terkurung menyatakan jika mereka kesulitan untuk mendapatkan makan dan kebutuhan lainnya. Lockdown telah membuat pertumbuhan ekonomi merosot dan pengangguran meningkat.
Kebijakan tersebut juga menyebabkan kendala pada produksi global yang menopang inflasi. Tekanan rantai pasok meningkat pada Oktober setelah lima bulan berturut-turut reda.
Hal itu disebabkan oleh peningkatan waktu pengiriman di Asia menurut Federal Reserve Bank of New York Global Supply Chain Pressure Index. Harga minyak turun tajam karena investor khawatir lonjakan kasus dan protes di China melemahkan permintaan.
Perusahaan yang berbisnis di China tengah mengamati setiap petunjuk tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan. Mereka juga menimbang untuk jangka panjang memindahkan produksi dari negara tersebut. Apple telah memindahkan sebagian produksinya ke India.
Goldman Sachs, dalam sebuah laporan penelitian yang diterbitkan pada Minggu, memperkirakan aksi protes dapat menyebabkan China membatalkan kebijakan zero COVID lebih awal dari perkiraan sebelumnya, tetapi beberapa hari ke depan bisa menjadi sangat penting.
Jika protes berkobar lagi, pemerintah China kemungkinan akan dipaksa untuk bereaksi. Pada Selasa, telah diumumkan rencana aksi untuk meningkatkan vaksinasi untuk generasi tua.
"Dengan penyebaran kasus COVID baru yang cepat, sulit membayangkan pencabutan pembatasan secara luas yang akan meningkatkan prospek ekonomi negara untuk tahun depan secara signifikan," kata Christopher Smart, kepala strategi global di Baring.
"Bagaimanapun, ketidakpastian kebijakan pandemi yang berkelanjutan akan menyebabkan tekanan lebih lanjut pada rantai pasokan global dan menjaga harga lebih tinggi dari yang seharusnya," sambungnya.
Simak juga Video: Aksi Protes di China Merebak, Pengamat Nilai Berpotensi Bergejolak
(acd/ara)