Pemutusan hubungan kerja (PHK) masih terus terjadi. Berbagai perusahaan melakukan langkah PHK massal, termasuk dari perusahaan rintisan atau startup.
Pakar Bisnis dan Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali menyebutkan bahwa terjadinya badai PHK ini terjadi karena 'salah urus'.
"Kalau salah urus mereka tidak bisa disamakan karena tekanan global. Kalau salah urus mereka menggunakan isu ekonomi global atau resesi global untuk exit. Mereka numpang exit karena isu itu muncul," ucapnya kepada detikcom, Rabu (7/12/2022).
Lebih lanjut, Rhenald menjelaskan dengan adanya PHK dapat memiliki dampak pada bisnis yang dijalankan. Contohnya, orang-orang sudah tidak percaya lagi dengan bisnis perusahaan sehingga tidak mau berinvestasi pada bisnis tersebut.
Rhenald mengatakan salah urus ini bisa terjadi karena terlalu tinggi menggaji karyawan dan juga tidak melihat data dalam melakukan bisnis. Ia pun mencontohkan pada perusahaan garmen.
"Misalnya ekspor garmen atau alas kaki ke negara yang penduduknya sudah turun. Sudah turun (penduduknya) kirimnya ke Eropa, Eropa kena resesi, kena perang, penduduknya berkurang," tuturnya.
Menurutnya, seharusnya perusahaan garmen tersebut dapat mengekspor ke negara-negara yang penduduknya sedang bertumbuh supaya tepat sasaran. "Mereka mengekspor ke negara-negara yang kaya padahal penduduk yang sedang naik itu ada di India, Pakistan, Bangladesh, dan negara-negara di Afrika yang berada di Sub Sahara," tambahnya.
Sementara untuk PHK di startup, menurutnya itu terjadi kasus per kasus yang tidak bisa disamaratakan. Ia mengambil contoh startup yang memiliki investor asing dari Tiongkok. "Tiongkok ini lagi ada lockdown besar-besaran. Karena lockdown, mereka jadi tidak punya uang yang memadai untuk membakar duit lagi di sini," tuturnya.
Rhenald juga menambahkan saat ini partai komunis China tengah menerapkan kebijakan common prosperity untuk mencegah kesenjangan ekonomi. Hal ini juga menyulitkan investor untuk menerima uang agar dapat melakukan investasi.
Ketika ditanya apakah badai PHK masih bisa berlanjut atau bahkan bisa dihentikan, Rhenald mengatakan bahwa hal itu sangat tergantung dengan pengusaha. Apabila para pengusaha percaya Indonesia akan terkena resesi, maka akan terjadi resesi kepercayaan, bukan resesi ekonomi.
"Mereka percaya terjadi resesi, mereka kurangi stok, mereka kurangi biaya marketing, mereka tidak beriklan, mereka mengurangi pegawai. (PHK) bisa berlanjut kalau begitu," tuturnya.
Namun, ia menambahkan resesi kali ini akan ada dua nasib. "Resesi sekarang ada dua nasib. Ada yang bosnya percaya resesi, mereka melakukan pemangkasan, mereka kurangi biaya. Ada yang bosnya tidak percaya, bosnya tetap spending. Menurut saya yang sukses adalah yang investasi bukan yang mengurung diri gitu," ucapnya
"Karena resesi ini kan dari inflasi ya, inflasi ini terjadi karena pengurangan supply jadi harus diimbangi dengan menaikkan supply," tambahnya.
(ara/ara)