Siasat Industri Pulp dan Kertas Antisipasi Ancaman Resesi

Siasat Industri Pulp dan Kertas Antisipasi Ancaman Resesi

Ilyas Fadhillah - detikFinance
Rabu, 14 Des 2022 17:45 WIB
Negara Masuk Resesi
Ilustrasi/Foto: Negara Masuk Resesi (Mindra Purnomo/tim infografis detikcom)
Jakarta -

Industri Pulp dan Kertas (IPK) melakukan antisipasi kondisi ekonomi global 2023 dengan mengidentifikasi dan menganalisa isu-isu global seperti Sirkular Ekonomi, Environment Social Governance (ESG), Energi, Perubahan Iklim hingga resesi.

Terkait itu perlu dilakukan penguatan terhadap industri strategis nasional, melakukan berbagai program dalam transisi energi dan ekonomi hijau seperti yang telah tertuang dalam deklarasi G20 di Bali. Serta menyelesaikan berbagai permasalahan terkait dengan perundingan perdagangan internasional seperti CEPA/FTA.

Melemahnya ekonomi global, ditambah potensi inflasi yang meningkat tahun depan menjadi poin yang perlu diantisipasi IPK. Belum lagi ada ancaman dari gejolak geopolitik antara Rusia-Ukraina, pandemi COVID-19, berkembangnya berbagai tren proteksionisme perdagangan serta emisi gas rumah kaca.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun diyakini sektor industri merupakan pilar utama untuk menopang perekonomian nasional kedepannya. Industri Pulp dan Kertas Indonesia harus memanfaatkan tantangan global yang ada sebagai peluang untuk terus tumbuh dan berkembang.

"Di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi global yang melambat, kita perlu tetap optimis terlebih-lebih melihat laju pertumbuhan IPK yang masih menunjukkan pertumbuhan yang positif," jelas Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Liana Bratasida dalam press conference virtual, Rabu (14/12/2022).

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Dewan Pengawas APKI, Ngakan Timur Antara menekankan pentingnya kerjasama yang erat untuk meneruskan berbagai program yang akan dijalani. Juga menyusun program-program yang akan meningkatkan kinerja Industri Pulp dan Kertas.

"Success Story tahun lalu APKI terlibat dalam Pameran World Paper Tissue (WPT) yang diikuti oleh 765 perusahaan dari 19 negara serta pelaksanaan seminar internasional mengenai ESG yang mengundang pembicara dan peserta dari berbagai negara," jelas Ngakan.

Namun menurutnya dalam pelaksanaan beberapa program tersebut, IPK mengalami berbagai tantangan. Seperti dalam penyusunan direktori masih perlu adanya fiksasi pendataan dengan K/L dan juga pendataan dari industri.

Dalam fora Internasional, diharapkan APKI terus bisa mendorong melalui Pemerintah untuk menyusun dan mengawal perdagangan yang lebih adil. Diharapkan APKI juga bisa turut aktif dalam adanya keketuaan Indonesia di ASEAN, seperti mengikuti forum bisnis KTT ASEAN dan negara mitra bisnis lainnya.

Beberapa program yang akan diperkuat dan dikembangkan pada industri pulp dan kertas Indonesia meliputi isu Ekonomi Sirkular dan penekanan aspek Life Cycle Assessment (LCA), Pentingnya implementasi Environmental, Social and Governance (ESG).

Lalu ketersediaan energi dan akselerasi energi transisi yang berkelanjutan, perubahan iklim dan nilai ekonomi karbon serta pentingnya koordinasi data dan informasi sebagai poin penting untuk proses anlisa dan pembuatan kebijakan.

"Berbagai tren global tersebut diharapkan dapat diantisipasi dengan baik oleh industri pulp dan kertas Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut juga butuh sinergi dan koordinasi yang baik dari para pihak dari industri dan juga Pemerintah," tutup Liana.


'I




(zlf/zlf)

Hide Ads