Bahlil Sebut 2023 Tahun yang Berat, Investor Bakal Wait and See

Bahlil Sebut 2023 Tahun yang Berat, Investor Bakal Wait and See

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 14 Des 2022 20:30 WIB
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia
Foto: Mohammad Wildan/20detik
Jakarta -

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan 2023 merupakan tahun yang berat untuk investasi karena sudah memasuki tahun politik menuju pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Adanya pesta demokrasi disebut membuat investor wait and see.

Bahlil mengatakan investor cenderung akan menahan rencana investasi di tahun-tahun politik. Hal itu berdasarkan pengalamannya sendiri sebagai pengusaha.

"Dalam konteks investasi jujur 2023 ini tahun yang berat sekalipun pertumbuhan ekonomi nasional kita oleh beberapa lembaga dunia dikatakan baik-baik saja," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (14/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wait and see ini selalu terjadi di setiap tahun politik. Saya itu mantan pengusaha, kita akan melakukan sebuah proses diversifikasi atau investasi baru jika terjadi trust. Rata-rata dalam sistem politik kita, pemimpin baru atau sudah di ujung itu selalu wait and see akan terjadi bagi dunia usaha," tambahnya.

Bahlil menyebut yang bisa menyelamatkan ekonomi Indonesia pada 2023 adalah stabilitas politik. Jika investasi ke depan tidak ada kepastian dan stabilitas, realisasi investasi dikhawatirkan tidak bisa sebaik 2022 yang ditargetkan mencapai Rp 1.200 triliun.

ADVERTISEMENT

"Kalau belum-belum kita sudah berkelahi, belum ada persoalan global kita sudah pusing duluan. Saya setuju sama Bapak Presiden, 2023 ini tahun politik, ya kalau bisa dingin, ya kalau tinggi-tinggi sedikit, tinggi-tinggi dikit setengah panas, jangan panas sekali. Saya tetap taat pada pemikiran Bapak Presiden Jokowi," ucap Bahlil.

Seperti diketahui, berbagai lembaga dunia mengatakan ekonomi global sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Perang Rusia dan Ukraina sebagai salah satu penyebabnya membuat Indonesia juga ikut terkena imbas.

"16 negara yang jadi pasien IMF belum ada yang keluar dari ruang ICU, sekarang yang antre 28 negara lagi. Perang Ukraina sama Rusia kita belum tahu kapan selesainya. Kalau ditanya apakah benar ketidakpastian ekonomi global, 1.000% benar karena belum ada satu pemikir ekonomi pun yang mengatakan ekonomi global ke depan akan baik-baik saja," tutur Bahlil.

(aid/ara)

Hide Ads