2023 Banyak yang Tidak Pasti, Konsumen Harus Lebih Peka Risiko Sebelum Membeli

2023 Banyak yang Tidak Pasti, Konsumen Harus Lebih Peka Risiko Sebelum Membeli

tim detikcom - detikFinance
Kamis, 15 Des 2022 16:29 WIB
Gerbang Pembayaran Nasional atau National Payment Gateway (NPG)
Foto: Tim Infografis, Mindra Purnomo

Ketua Tim Kerja Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM), Kementerian Kesehatan, Esti Widiastuti, menambahkan prevalensi PTM, khususnya diabetes, masih terus meningkat setiap harinya. Hal ini dikarenakan kurangnya aktivitas fisik, tekanan darah tinggi, serta kelebihan berat badan. Penderita diabetes yang disertai komorbiditas akan memiliki risiko yang tinggi dari segi komplikasi maupun pembiayaan kesehatan.

"Sebagai antisipasi, masyarakat harus sadar risiko terhadap faktor risiko diabetes melitus dengan menerapkan gaya hidup sehat. Perubahan ini perlu dukungan semua pihak agar bisa terwujud. Upaya preventif perlu diperkuat lagi tanpa harus mengabaikan pendekatan kuratif," jelas Esti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain kesehatan, budaya sadar risiko perlu ditingkatkan pada aspek lingkungan. Direktur Adaptasi Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan, Sri Tantri Arundhati, mengungkapkan bencana alam yang sedang marak terjadi tidak dapat dilepaskan dari dampak perubahan iklim. Hampir 95% perubahan iklim diakibatkan, baik langsung maupun tidak langsung, dari aktivitas manusia sehingga mengubah komposisi dari atmosfer.

"Perubahan iklim tidak bisa dihindari, semua pihak bisa terdampak masalah lingkungan termasuk kehutanan, pertanian, dan peternakan. Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup menjalankan program Kampung Iklim untuk mendorong kelompok masyarakat melakukan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat lokal," ucap Sri.

ADVERTISEMENT

Badan Riset dan Inovasi Nasional turut mendukung penerapan budaya risiko. Dr. Arief Hadianto, Inspektur I, Badan Riset dan Inovasi Nasional, mengatakan semua aktivitas memiliki risiko. Oleh karena itu, BRIN membentuk pedoman manajemen risiko yang disosialisasikan kepada seluruh unit melalui satuan tugas. Sosialisasi juga dilakukan melalui forum group discussion (FGD). "Semua organisasi harus punya budaya sadar risiko. Kenapa perlu membangun budaya risiko? Karena risiko ini tidak terduga sehingga kesadaran terhadap risiko harus ditingkatkan ," ujar Arief.

Budaya sadar risiko juga perlu dapat diimplementasikan dalam pengelolaan keuangan. Founder sekaligus CEO QM Financial, Ligwina Hananto, mengingatkan pentingnya sadar risiko dalam hal finansial. Dengan begitu, masyarakat dapat mengelola keuangan dan terhindar dari penipuan.

"Kecenderungan berpikir jangka pendek membuat seseorang tidak memahami risiko finansial. Misalnya, tren masalah finansial baru-baru ini adalah gagal bayar pinjaman online dan investasi bodong. Untuk menghindarinya, perlu berpikir jangka panjang sebelum melakukan pinjaman atau investasi dengan hasil yang cepat karena sasaran kedua hal ini adalah masyarakat yang kesulitan keuangan," imbuhnya.


(dna/dna)

Hide Ads